6 Negara yang Pernah Menyerang Israel, Siapa Paling Banyak?
JAKARTA, iNews.id - Negara-negara yang pernah menyerang Israel menarik untuk diketahui di tengah situasi Timur Tengah yang panas akibat perang di Jalur Gaza. Israel saat ini sedang berperang melawan para pejuang Palestina, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat. Namun jauh sebelumnya, Israel juga berperang dengan beberapa negara lain, terutama tetangga.
Pemahaman negara yang pernah menyerang Israel dalam artikel ini tak selalu dilakukan oleh militer suatu pemerintahan, melainkan bisa juga kelompok-kelompok perlawanan atau militan di negara tersebut. Misalnya kelompok Hizbullah menyerang Israel tak mewakili sikap pemerintah Lebanon.
Selain itu menyerang Israel juga bisa diartikan konflik atau perang dengan negara yang pernah berperang dengannya.
Sepanjang sejarah konflik dengan Arab, Israel paling sering berperang dengan negara-negara tetangga, terutama Mesir. Namun kini sebagian negara Arab yang bertetangga sudah meneken perjanjian damai dengan Israel, yakni Mesir dan Yordania.
Berikut daftar negara yang pernah menyerang Israel:
1. Mesir
Tanggul Sungai Cisunggalah Bandung Jebol akibat Hujan Deras, Puluhan Rumah Terendam Banjir
Mesir merupakan negara yang berbatasan langsung dengan Israel. Kedua negara terlibat beberapa kali peperangan sejak berdirinya negara Israel pada 1948.
Perang-perang di antaranya adalah Perang Arab-Israel 1948, Perang Krisis Terusan Suez 1956, Perang 6 Hari 1967, dan Perang Yom Kippur 1973.
Dalam perang 1948, Mesir bersama negara Arab lain, yakni Lebanon, Suriah, Yordania, dan Irak, menyerang Israel.
Pada 14 Mei 1948, hari yang sama dengan berakhirnya Mandat Inggris atas Palestina, Dewan Rakyat Yahudi berkumpul di Museum Tel Aviv dan menyetujui berdirinya negara Yahudi di Eretz yang kemudian dikenal sebagai negara Israel. Deklarasi tersebut dilakukan oleh David Ben-Gurion, bos Organisasi Zionis Internasional.
Namun saat itu tidak disebutkan batas-batas negara Israel, melainkan hanya negara tersebut berada di Eretz Israel.
Sebuah telegram Sekjen Liga Negara-negara Arab kepada Sekjen PBB pada 15 Mei 1948 menjelaskan, pemerintah negara-negara Arab terpaksa melakukan intervensi dengan satu tujuan untuk memulihkan perdamaian dan keamanan serta menegakkan hukum dan ketertiban di Palestina.
Polsek Dumai Timur Adakan Kegiatan Silaturahmi Kamtibmas di Aula Kantor Camat Bersama FKUB
Pasukan Pertahanan Israel yang baru dibentuk memukul mundur pasukan negara-negara Arab dari sebagian wilayah yang diduduki, sehingga memperluas perbatasannya melampaui partisi yang ditentukan UNSCOP.
Pada Desember 1948, Israel menguasai sebagian besar wilayah Mandat Palestina di sebelah barat Sungai Yordan. Sisa Mandat terdiri atas Yordania, wilayah yang kemudian disebut Tepi Barat (dikuasai oleh Yordania), dan Jalur Gaza (dikuasai oleh Mesir).
Pada 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangkaian serangan udara awal terhadap pangkalan udara Mesir dan fasilitas lain. Bersamaan dengan itu, militer Israel melancarkan serangan darat ke Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza yang diduduki Mesir.
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser memerintahkan evakuasi Semenanjung Sinai. Pada hari keenam konflik, Israel menduduki seluruh Semenanjung Sinai.
Perang Enam Hari mengakibatkan lebih dari 15.000 korban jiwa dari pihak Arab, sementara Israel menderita kehilangan kurang dari 1.000 tentara.
Kemudian pada 6 Oktober 1973 pecah perang Yom Kippur, diambil dari nama hari raya Yahudi. Perang itu juga bertepatan dengan Ramadan sehingga juga dinamakan Perang Ramadan 1973.
Suriah, Libya, dan Mesir menyerang Israel secara tiba-tiba. Di Dataran Tinggi Golan, garis pertahanan Israel yang hanya berjumlah 180 tank berhadapan dengan 1.400 tank Suriah. Sedangkan di Terusan Suez, kurang dari 500 prajurit Israel berhadapan dengan 80.000 prajurit Mesir.
Pada awalnya Israel mengalami kekalahan kekuatan udara Zionis mampu dijinakkan. Namun setelah Israel mengerahkan pasukan cadangan, situasi berbalik. Mesir mengalami kekalahan telak.
2. Yordania
Seperti Mesir, Yordania juga terlibat beberapa kali perang dengan Israel, termasuk tahun 1948 dan 1967 di samping perang Yom Kippur 1973.
Dalam Perang Enam Hari, Yordania bersama Mesir dan Suriah berperang melawan Israel. Namun saat Mesir diserang Israel, Yordania yang telah menandatangani pakta pertahanan dengan Mesir seminggu sebelum perang dimulai, tidak melakukan serangan habis-habisan melawan negara Yahudi itu.
Yordania hanya menyerang pasukan Israel untuk memperlambat kemajuan mereka. Pada hari kelima, Suriah bergabung dalam perang dengan menembaki posisi Israel di utara.
Dalam Perang Enam Hari, Yordania kehilangan kendali atas Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang direbut Israel. Meski demikian Yordania masih tetap mengklaim wilayah-wilayah itu sampai 1988.
Mesir dan Yordania sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada 8 Juni 1967, dan Suriah sehari kemudian. Israel baru menandatanganinya pada 11 Juni.
Yordania secara signifikan juga mengurangi partisipasi militernya dalam Perang Yom Kippur melawan Israel. Yordania dan Israel menandatangani Perjanjian Damai Israel-Yordania pada 1994 atau menormalisasi hubungan kedua negara.
3. Suriah
Suriah juga terlibat beberapa kali perang melawan Israel, salah satunya yang terbesar adalah Perang Enam Hari yang bergabung dengan Mesir dan Yordania.
Suriah ikut serta dalam perang dengan menembaki posisi Israel di utara. Meski demikian Israel memenangkan perang tersebut sekaligus merebut wilayah dari tiga negara.
Mesir dan Yordania sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada 8 Juni, disusul Suriah pada 9 Juni, sementara Israel baru meneken pada 11 Juni 1967.
Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
4. Iran
Iran menyerang Israel pada pertengahan April 2024 sebagai pembalasan atas serangan Zionis atas kantor misi diplomatiknya di Damaskus, Suriah. Serangan Zionis itu menewaskan tujuh perwira Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, termasuk dua komandan seniornya.
Iran meluncurkan lebih dari 200 drone dan rudal ke Israel sejak 13 April malam. Ini adalah serangan pertama yang dilakukan Iran secara langsung terhadap wilayah Israel.
Selain itu Iran berjanji akan menyerang Israel kembali sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli di Teheran.
Namun sampai berita ini diturunkan, serangan itu belum dilaksanakan.
5. Lebanon
Kelompok Hizbullah Lebanon dan Israel setidaknya mengalami dua kali perang besar, yakni pada 2006 (dikenal juga dengan Perang Lebanon) dan 2024.
Perang berlangsung selama 34 hari di Lebanon, Israel utara, dan Dataran Tinggi Golan. Pihak-pihak utama yang terlibat adalah kelompok paramiliter Hizbullah dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Konflik ini dimulai pada 12 Juli 2006 dan berlanjut hingga gencatan senjata yang ditengahi PBB pada 14 Agustus 2006, meskipun secara resmi berakhir pada 8 September 2006 ketika Israel mencabut blokade laut terhadap Lebanon.
Konflik ini dipicu oleh serangan lintas batas Hizbullah. Pada 12 Juli 2006, para pejuang Hizbullah menembakkan roket ke kota-kota perbatasan Israel sebagai pengalihan serangan rudal anti-tank terhadap dua Humvee lapis baja yang berpatroli di sisi pagar perbatasan Israel.
Israel membalas serangan itu dengan menggempur banyak wilayah Lebanon.
Perang tersebut telah menewaskan sekitar 1.191 hingga 1.300 warga Lebanon dan 165 warga Israel.Konflik ini juga menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur sipil Lebanon dan menyebabkan sekitar 1 juta warga Lebanon mengungsi. Sementara di pihak Israel 300.000 sampai 500.000 warga mengungsi.
Perang Hizbullah-Israel 2024 pecah sebagai dampak dari serangan Israel ke Jalur Gaza. Kelompok Hizbullah menyerang kota-kota Israel di perbatasan.
Dalam perkembangannya, perang semakin meluas. Israel menyerang Lebanon lebih ke dalam bahkan sampai ke Ibu Kota Beirut. Dalam serangan pada 30 Juli, komandan senior Hizbullah Faud Shukr tewas.
Serangan itu memicu pembalasan Hizbullah yang menghujani Israel dengan ratusan roket serta drone.
Sampai saat ini perang masih berlangsung.
6. Yaman
Kelompok Houthi Yaman juga ikut menyerang Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap penduduk Gaza. Meski demikian, kedua pihak tak sampai terlibat perang terbuka seperti negara Arab lainnya karena jarak kedua negara cukup jauh.
Pada masa awal perang Gaza, Houthi menyerang Israel menggunakan drone dan rudal jarak jauh. Sebagian besar rudal dan drone ditembak jatuh sebelum memasuki wilayah Israel oleh kapal-kapal perang Amerika Serikat.
Houthi ini merupakan pemberontak yang menggulingkan pemerintahan sah Yaman pada 2014, memaksa presiden pergi ke pengasingannya di Arab Saudi.
Kelompok ini sempat berperang melawan Arab Saudi dan aliansi, namun saat ini kedua pihak telah berdamai.