Kisah Abu Nawas Mendadak Jadi Raja Kaya Raya Setelah Menang Sayembara Mengerikan
ABU Nawas mendengar di negeri seberang ada sebuah kerajaan yang aman, adil, makmur, dan sentosa karena dipimpin raja bijaksana. Sang raja sudah memimpin sejak usia muda hingga sekarang di masa tua belum pernah digantikan oleh siapa pun, dan rakyatnya tidak pernah keberatan karena raja memerintah dengan adil.
Suatu hari raja merasa jenuh. Ia ingin istirahat menjadi raja selama setahun, namun uniknya tidak menyerahkan posisi raja kepada anak keturunannya, tetapi malah mengadakan sayembara untuk mencari sosok yang pantas menjadi raja. Disebarlah pengumuman ke seluruh negeri.
Siapa pun boleh menjadi raja, mulai rakyat jelata sampai kaum bangsawan. Tetapi ada dua syarat yang harus dijalani. Syarat pertama, dia akan dijadikan raja selama setahun. Syarat kedua, setelah menjadi raja selama setahun, maka harus diasingkan di sebuah hutan belantara yang dihuni ribuan hewan buas.
Syarat pertama tentu saja bukan masalah besar, justru merupakan suatu keberuntungan. Namun syarat kedua membuat orang-orang yang berhasrat menjadi raja akan berpikir dua kali karena semua orang tahu seperti apa hutan belantara yang penuh binatang buas. Karena itulah sayembara tersebut belum ada yang berani mengajukan diri menjadi raja.
Akhirnya datang seorang pemuda yang menyatakan kesanggupannya menjadi raja dan menerima dua syarat tersebut. Pemuda ini sebenarnya adalah pemuda biasa yang ingin merasakan bagaimana nikmatnya menjadi raja karena selama ini ia hidup pas-pasan.
Diangkatlah dia menjadi raja dan mulai saat itu mendapat pelayanan layaknya raja, harta berlimpah, wanita cantik, makan dan minuman enak, serta fasilitas istimewa lainnya. Tapi sayang ternyata ketakutannya akan kematian membuatnya tidak bisa menikmati semua itu.
Tiga bulan pertama dia mulai gelisah karena umurnya tinggal 9 bulan lagi. Tiga bulan kedua ia makin tidak tenang makan, tidur tidak nyenyak. Tiga bulan ketiga dia mulai menyesali keputusannya menjadi raja. Tiga bulan terakhir di pemuda makin stres berat karena hidupnya tinggal beberapa bulan dan kesenangan yang dicari selama ini tidak bisa dirasakan.
Ketika masa jabatannya sebagai raja sudah berakhir, lalu dibuanglah dia ke hutan belantara. Tidak Butuh waktu lama terdengar kabar ke seluruh negeri jika pemuda itu tewas dimakan binatang buas.
Adanya peristiwa tersebut membuat orang-orang kian enggan melamar menjadi raja, tapi ternyata masih saja ada pemuda lain yang ingin melamar menjadi raja. Diangkatlah pemuda kedua ini menjadi raja.
Tiga bulan pertama menjadi raja ia puas-puaskan berpesta karena sadar hidupnya tidak akan lama lagi. Tiga bulan kedua dan berikutnya hari-harinya ia habiskan dengan foya-foya dan pesta pora.
Bulan berganti bulan, pestanya makin gila-gilaan. Ia sudah tidak peduli lagi pada apa pun. Dia hanya ingin bersenang-senang sebelum mati setelah jabatannya sebagai raja berakhir.
Lalu dibuanglah dia ke hutan belantara. Tidak berapa lama terdengar kabar bahwa si pemuda kedua tewas diterkam singa. Tubuhnya dicabik-cabik dan jadi rebutan para singa.
Peristiwa ini membuat banyak orang melupakan mimpi menjadi raja. Mereka masih penasaran apakah masih ada orang yang cukup bodoh untuk melamar menjadi raja.
Suatu hari Abu Nawas mampir ke negeri tersebut dengan tujuan menemui sahabat lamanya yang kebetulan merupakan penduduk di sana. Sesampainya di negeri itu dengan penuh kehangatan Abu Nawas disambut temannya. Mereka berdua saling melepas kangen satu sama lain.
Di sela-sela obrolannya, Abu Nawas merasa iba dengan kondisi sahabatnya itu. Ia kini hidup miskin, tinggal di gubuk kecil reot, hanya seorang diri.
"Mana istrimu?" tanya Abu Nawas seperti dilansir kanal YouTube Humor Sufi Official.
"Semenjak aku jatuh miskin, ia pergi meninggalkanku," jawab sang sahabat.
"Ya sudah yang sabar ya, yang penting kamu jangan tinggalkan sholat, dan jangan lupa berdoa kepada Allah agar Allah membukakan pintu rezeki untukmu," tutur Abu Nawas.
"Alhamdulillah aku tidak pernah tinggalkan sholat, bahkan aku sekarang rajin berpuasa sunnah," balas sahabatnya.
"Oh iya, ngomong-ngomong mana nih makanannya? Dari tadi kenapa belum keluar," celetuk Abu Nawas.
"Maaf Abu Nawas, aku sudah tidak punya apa-apa. Aku sendiri kadang sehari makan, kadang tidak," ujar sahabatnya.