Musim Kemarau, 856 Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Alami Kekeringan

Musim Kemarau, 856 Hektare Sawah di Kabupaten Bandung Alami Kekeringan

Terkini | okezone | Sabtu, 7 September 2024 - 14:44
share

BANDUNG - Musim kemarau tahun ini memberikan dampak besar pada sektor pertanian di Kabupaten Bandung, dengan 856 hektar sawah di lima kecamatan mengalami kekeringan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Ningning Hendarsah, yang menyebut situasi sangat mengkhawatirkan.

“Lima kecamatan yang terdampak adalah Solokan Jeruk, Majalaya, Ciparay, Cileunyi, dan Rancaekek. Kekeringan ini mempengaruhi berbagai fase pertumbuhan tanaman, mulai dari yang baru ditanam hingga yang sudah dalam fase generatif,” ujar Ningning saat dikonfirmasi, Sabtu (7/9/2024).

Ia mengungkapkan, bahwa lebih dari 800 hektar sawah terancam gagal panen atau puso. “Sebagian besar sawah yang terkena dampak berada di wilayah timur Kabupaten Bandung,” tambah Ningning.

Meski begitu, wilayah seperti Pasir Jambu, Ciwidey, dan Rancabali masih dalam kondisi yang relatif baik. Ningning juga mencatat bahwa beberapa area seperti Cadas Gantung masih dapat mengandalkan sistem irigasi teknis.

“Untuk wilayah-wilayah yang masih aman, seperti Cadas Gantung, masih ada pasokan air berkat sistem irigasi teknis,” kata Ningning.

 

Namun, ia menekankan bahwa irigasi teknis tidak dapat menjangkau seluruh area yang terdampak kekeringan. Terkait asuransi, Ningning menyebutkan bahwa tidak ada perlindungan untuk tanaman yang sudah berada di fase generatif.

“Asuransi hanya berlaku untuk tanaman di fase awal tanam hingga usia tiga bulan. Setelah itu, tidak ada asuransi yang bisa diberikan,” jelasnya.

Untuk mengatasi masalah ini, pihak Dinas Pertanian telah melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk pompanisasi dan penyediaan sumur.

“Kami telah melakukan pompanisasi, menyediakan sumur dalam, dan sumur dangkal untuk sawah yang menggunakan irigasi teknis,” tambah Ningning.

Namun, menurut Ninging, beberapa sungai utama yang biasanya digunakan untuk irigasi mengalami penurunan debit air, seperti Sungai Cirasea, Citarum, dan Citarik.

“Kami masih mengandalkan tadah hujan dan menunggu proyeksi pembangunan master plan irigasi,” ungkapnya.

Ningning berharap pembangunan master irigasi dapat dimulai pada tahun 2025. “Saat ini, kami masih menunggu pemetaan yang akan dilakukan bersama pihak PUTR. Meskipun ada anggaran, realisasi terpaksa ditunda karena refocusing anggaran. Kami berharap proyek ini bisa dilaksanakan pada tahun 2025,” tutup Ningning.
 

Topik Menarik