Didemo Warga yang Tolak Merger Taman Kanak-kanak, Kepala Desa Munggur Akhirnya Menyerah

Didemo Warga yang Tolak Merger Taman Kanak-kanak, Kepala Desa Munggur Akhirnya Menyerah

Terkini | karanganyar.inews.id | Senin, 2 September 2024 - 20:20
share

KARANGANYAR, iNewskaranganyar.id - Puluhan warga Munggur, Mojogedang, Karanganyar menggelar demo menolak kebijaksanaan Kepala Desa melakukan regrouping TK Pertiwi 03 ke TK 01 Munggur.

Praktis kebijakan regrouping itu jelas diikuti dengan pemindahan guru. Dan pemindahan guru ini tanpa ada rapat dengan komite dan pihak sekolah.

Dan warga yang menggelar aksi demo menduga SK yang dikeluarkan itu untuk kepentingan segelintir oknum guru.

Karena itu, warga mendesak Kades Munggur Supar, lengser dari jabatannya. Supar dinilai sewenang-wenang dan arogan dalam memimpin Desa Munggur.

Pantauan iNewskaranganyar.id aksi demo itu digelar sekira pukul 10.00 WIB. Sebelum berangkat ke Balai Desa, para pendemo ini berkumpul terlebih dahulu didepan sekolah.

Kemudian, dengan truk sound horeg meraka berhenti didepan Balai Desa Munggur. Kedatangan massa telah diantisipasi aparat Kepolisian. Pihak aparat kepolisian ini langsung menutup gerbang Balai Desa.

Tak hanya berorasi, awalnya massa ini pun hendak membakar ban. Namun niat membakar ban itu dapat dibatalkan oleh pihak Kepolisian.

Selain berorasi, massa juga melakukan aksi teatrikall Tak hanya mencoret foto Kepala Desa Munggur dengan cat berwarna, massa pun menginjak foto Kepala Desa secara bergantian.

Tak hanya itu, para pendemo ini juga mencat sragam kopri yang mereka kenakan dengan cat berwarna. Aksi itu mereka lakukan sebagai bentuk kekesalan serra rasa kecewa warta terhadap Kepala Desa mereka.

Untuk meredam aksi, Kepala Desa Munggur Supar didampingi Camat Mojogedang, mau menenui warga yang mendemo. Bahkan, mereka pun bersedia duduk dipinggir jalan sambil berpanas panas ria dengan para pendemo.

Dalam aksi teatrikal yang dilakukan, sejumlah massa pendemo menggunakan seragam Kopri dan dicoret menggunakan cat semprot. Tak cukup itu, massa juga mencoret dan menginjak foto kepala desa setempat.

Koordinator Aksi, Imam alias Some Pentol Munggur, mengatakan mereka terpaksa turun ke jalan untuk menggelar aksi dikarenakan warta sudah kesal dengan sikap Supar sebagai Kepala Desa, menunjukkan sikap sewenang-wenang dan arogansi dalam kebijakannya.

"Di TK 1 Munggur itu saja sudah ada guruJadi kalau ditambah lagi tentu akan mengurangi jam mengajar guru di sana, terang Some Pentol, Senin (2/9/2024).

Bukan hanya persoalan itu, warga juga mengeluhkan adanya dugaan praktik pungutan liar (pungli) yang diduga dilakukannya.

Pungli ini berupa penarikan biaya pengurusan maupun permohonan surat tanah dan lainnya dengan nominal Rp500.000 sampai Rp2 juta.

Karena itulah, mereka mengajukan tuntutan pada Kepala Desa. Dan bila tuntutan mereka tidak penuhi, maka mereka meminta Kepala Desa mundur.

Adapun tuntutan yang mereka ajukan yakni, wujudkan Transparansi Anggaran Dan Kebijakan Desa. Warga Menuntut Pemerintah Desa Untuk Memberikan Transparansi Data Baik Dari Hasil Notulensi.

Realisasi dana desa yang banyak kejanggalan dari rancangan rencana kerja pemerintah desa yang harus di pertanggung jawabkan.

Kelima massa mendesak Pemdes menyelesaikan kegaduhan dan keresahan masyarakat dengan solusi dan realisasi tanpa adanya intimidasi, dan keenam meminta kades mencabut SK oknum guru TK yang dipindah tanpa rapat komite. Lalu tuntutan terakhir, massa menuntut kades memenuhi enam tuntutan diatas. Apabila tidak dipenuhi, massa meminta Kades Supar lengser dari jabatannya.

Kades Supar saat menemui pendemo menyatakan siap memenuhi tuntutan tersebut. Dia juga akan mencabut SK guru TK yang telah dipindah tersebut. Guru itu selanjutnya dikembalikan ke TK asal.

Pemindahan guru ini karena dilakukan regrouping TK. TK tidak ada muridnya, sehingga dipindahkan. Itupun sudah dikomunikasikan dengan Dinas Pendidikan di Wilayah Mojogedang. Tapi karena tidak diterima, ya sudah kita kembalikan lagi ke TK semula. Dan guru siap meski tanpa murid, katanya.

Setelah puas mendengar jawaban Kepala Desa, massa pun akhirnya membubarkan diri dan meninggalkan Balaidesa Munggur. ***

Topik Menarik