Viral Fenomena Awan Berlubang di Langit Jember, Netizen Kaitkan dengan HAARP

Viral Fenomena Awan Berlubang di Langit Jember, Netizen Kaitkan dengan HAARP

Terkini | inews | Rabu, 5 Juni 2024 - 08:45
share

JAKARTA, iNews.id - Penampakan awan berlubang mirip ubur-ubur raksasa terlihat di langit Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (4/6/2024). Bentuknya yang unik dan langka ini diabadikan warga hingga viral di media sosial.

Informasi diperoleh iNews,fenomena awan ini hampir dapat dilihat di seluruh wilayah Jember, seperti di Kaliwates, Tempurejo, Puger, Balung, Patrang, Sumbersari dan kecamatan lainnya.

Rusdi seorang warga Jember mengaku baru pertama kali melihat bentuk awan seperti ini. Dia lalu mengambil handphone dan memotretnya.

"Saya gak tahu kalo pernah ada fenomena seperti ini sebelumnya atau tidak. Tapi saya seumur hidup baru sekali lihat awan seperti ini," ujar Rusdi, Selasa (5/6/2024).

Dihimpun dari berbagai sumber, sejatinya fenomena alam ini merupakan awan cavum yang terjadi karena efek dari teknologi buatan manusia, terutama pesawat. Analisis dari peneliti menunjukkan semua jenis pesawat bisa menghasilkan awan cavum.

Bahkan para peneliti dari Pusat Penelitian Langley NASA tahun 2010 menemukan semakin dangka sudut pesawat melewati awan, akan semakin besar rongga yang tertinggal.

Foto awan berlubang ini juga diunggah akun Instagram @undercover.id dan banjir komentara netizen. Dalam keterangan dari Forecaster BMKG Banyuwangi Pos Meteorologi Jember Hukama Nur Akmal menyampaikan, pada Selasa pagi di wilayah langit Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember terdapat fenomena alam yang cukup unik, yaitu adanya lapisan awan berlubang.

Fenomena ini dikenal juga dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh dan awan lubang-lubang.

"Bentuk seperti celah pada awan itu paling sering ditemukan di lapisan awan altocumulus, diikuti oleh cirrocumulus dan kemudian stratocumulus," katanya dalam keterangannya, Selasa (4/6/2024).

Secara umum, lubang pada awan tersebut lebih tampak di lapisan altocumulus atau awan menengah yang terbentuk ketika pesawat terbang melalui lapisan awan kumuliform tipis dan memicu glasial.

Galsial membuat partikel awan yang berubah dari tetesan air menjadi partikel es sehingga muncul seperti efek domino. Efek pada awan ini menciptakan celah di awan, tempat partikel es turun di ketinggian dan terkadang melengkung karena kecepatan angin karena perbedaan ketinggian.

"Awan cavum dapat ditemukan di antara tiga jenis awan, yakni cirrocumulus, altocumulus dan stratocumulus," kata Akmal.

Dalam ilmu cuaca awan tersebut bisa disebut sebagai Cirrocomulus Cavum, Altocomulus Cavum dan Stratocomulus Cavum yang masing-masing disingkat menjadi Cc cav, Ac cav, dan Sc cav.

Kendati ada penjelasan ilmiah, netizen banyak mengomentari ini sebagai ternologi HAARP atau program rekayasa cuaca.

"Ada kaitannya sama HAARP?," tulis aldiansyahahaha17.

"HAARP diaktifkan kembali," tulis ariohaha

"Kuasa Allah SWT dan bisa jadi ulah alat yg bisa merekayasa cuaca," tulis @ridwanherdianto.

"Siap2 Nanti ada Gempa," tulis @miftahu_hd18.

Diketahui, HAAR atau High-Frequency Active Auroral Research Program merupakan fasilitas ilmiah untuk meneliti ionosfer.Lokasi fasilitas ini dibangun pada 1993 di Gakona, Negara Bagian Alaska.

Komponen utama di HAARP adalah Ionospheric Research Instrument (IRI) yakni susunan 180 antena radio yang tersebar di area seluas 33 hektare. IRI mentransmisikan frekuensi berkuatan antara 2,7 sampai 10 MHz menggunakan daya 3,6 MW.

Antena HAARP dapat menembakkan frekuensi gelombang radio rendah maupun tinggi ke atmosfer bumi. Tujuannya memengaruhi ionosfer dan stratosfer yang merupakan bagian penting dari atmosfer.

Begitu gelombang radio ditembakkan akan membuat ionosfer hangat lalu memantul lagi ke bumi dan menciptakan awan dan molekul lain sehingga bisa memanipulasi cuaca. Itulah salah satu fungsi HAARP, menciptakan atau mengubah iklim, cuaca serta membuat awan serta hujan buatan.

Topik Menarik