Kamera Trap Bongkar Rahasia Macan Tutul Jawa di Bromo, Ada Apa Ya?

Kamera Trap Bongkar Rahasia Macan Tutul Jawa di Bromo, Ada Apa Ya?

Teknologi | sindonews | Jum'at, 24 Januari 2025 - 09:01
share

Macan Tutul Jawa di kawasan Gunung Bromo tengah mengalami masa reproduksi atau perkembangbiakan selama musim hujan. Hal ini terungkap dari data yang dimiliki oleh pengelola Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB-TNBTS) dan sejumlah data ilmiah lainnya.

Kepala Bidang Teknis BB-TNBTS Seno Pramudita menyampaikan, dari identifikasi diperkirakan musim reproduksi macan tutul yang sempat terekam kamera trap pada pertengahan Desember lalu, berada di musim penghujan seperti saat ini. Dimana untuk macan tutul berjenis kelamin jantan memerlukan waktu sampai tiga tahun untuk memasuki masa reproduksi.

"Kalau betina 2 - 3 tahun bisa bereproduksi, masa kehamilan reproduksi 90 - 95 hari, masa kawin istilahnya dimulai bulan Oktober sampai Maret, di masa musim hujan," kata Seno Pramudita, dikonfirmasi pada Jumat (24/1/2025).

Ia mengakui, bila Macan Tutul Jawa atau bernama latin Panthera Pardus merupakan bagian dari satwa endemik di wilayah kawasan taman nasional. Dimana memang statusnya merupakan satwa langka yang dilindungi.

"Selain macan, ada tiga spesies kunci endemik Jawa tapi yang ada di Taman Bromo Tengger Semeru," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balai Besar TNBTS Rudijanta Tjahja Nugraha menjelaskan, bila sistem perkembangbiakan macan tutul di kawasan Gunung Bromo, masih secara alami dan terjaga. Hal ini terlihat dari jepretan foto dari kamera trap terpasang sejak September hingga Desember 2024, yang mendeteksi satu macan tutul dewasa dan satu anakannya.

"Sebenernya jenis-jenis kucing besar hampir sama dengan kucing yang diketahui faktor selain ancaman perburuan dan ketersediaan pakan tersedia itu aman, selama pakan dan ancaman terkendali keberadaan mereka akan berjalan secara alami dan berjalan baik," ucap Rudijanta Tjahja Nugraha.

Makanya ia belum dapat memastikan macan tutul yang terekam kamera trap itu apakah indukan dan anaknya, atau justru individu yang berbeda-beda. Mengingat saat ini foto dan dokumentasi video itu baru dikumpulkan dan akan dikaji lebih lanjut menggunakan aplikasi khusus.

"Kita baru mengumpulkan foto-fotonya dulu, jenis kucing itu anakan itu ada masa sapih, sampai berapa bulan. (Secara kebiasaan macan tutul) Setelah remaja dia mulai belajar mandiri, dan mencari jelajah sendiri, prinsipnya semua jenis kucing basisnya areanya teritori, kemudian individu - individu itu punya cover area masing-masing," paparnya.

Tapi dari data kasar yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan perjumpaan di kamera trap, serta patroli di kawasan memang diduga ada 24 ekor macan tutul Jawa, selama kurun waktu 2015 hingga 2024 ini. Jumlah itu bisa diperkirakan lebih banyak atau lebih sedikit lagi, tapi melihat habitatnya memang ia optimis populasi Macan Tutul Jawa terjaga.

"24 ekor baru hitungan kasar itu dugaan, belum diyakini kebenarannya, 24 itu dilihat dari berbagai lokasi dan diperkirakan berbeda, sehingga ada 24 itu secara kasar," kata dia.

"Jadi proses ekologisnya masih berjalan bagus, kalau hutan berubah jadi ladang, itu pasti akan berubah, itu secara umum. Dari sistem ekologis (perkembangbiakan dan habitat) bisa hidup di apapun selama makanannya ada, di padang savana sekalipun itu, korelasi pertama makanan, dan tempat berteduh," tandasnya.

Sebagai informasi, dua ekor identik dengan Macan Tutul Jawa tertangkap kamera pada pertengahan Desember 2024 lalu. Jepretan kamera trap itu merupakan bagian dari penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Balai Besar TNBTS dengan Yayasan Sintas, yang dipasang sejak September hingga Desember 2024 lalu.

Macan tutul Jawa merupakan satwa langka yang dilindungi. Keberadaannya di alam liar juga mulai punah dan sulit dijumpai. Hewan ini dinyatakan sebagai satwa liar langka yang dilindungi berdasarkan UU 134 Tahun 1931 tentang PerlindunganBinatangLiar.

Topik Menarik