Ngawi Cetak Prestasi Pertanian, Lahan Padi Organik Tumbuh Pesat, Lampaui Target Nasional

Ngawi Cetak Prestasi Pertanian, Lahan Padi Organik Tumbuh Pesat, Lampaui Target Nasional

Terkini | surabaya.inews.id | Sabtu, 19 Oktober 2024 - 14:30
share

NGAWI, iNewsSurabaya.id - Ngawi, sebuah kabupaten yang dikenal sebagai lumbung padi di Jawa Timur, kini semakin memantapkan posisinya sebagai penghasil beras organik terbesar. Pada tahun 2024, Kabupaten Ngawi berhasil melampaui target yang ditetapkan Kementerian Pertanian untuk luas lahan pertanian organik. Dengan target 1.000 hektare, Ngawi justru mampu membuka hingga 1.700 hektare lahan organik, sebuah pencapaian luar biasa yang menunjukkan keseriusan daerah ini dalam mengembangkan pertanian berkelanjutan.

Salah satu pejuang pertanian organik di Ngawi adalah Agus Suwoko, seorang petani di Desa Jatirejo, Kecamatan Kasreman. Sejak 2021, ia bersama kelompok tani di desanya gigih mengembangkan padi organik. Kini, dengan lebih dari 11 hektare lahan yang telah bersertifikat organik, Agus membuktikan bahwa pertanian ini lebih dari sekadar tren – ini adalah masa depan.

“Beras organik memiliki kualitas unggul. Selain tahan lama, harga jualnya juga lebih tinggi karena tidak terikat dengan harga eceran tertinggi (HET),” jelas Agus, Sabtu (18/10/2024).

Meski beras organik banyak diminati, ada tantangan tersendiri, terutama terkait perawatan. Beras organik, yang bebas dari pestisida kimia, lebih rentan terhadap serangan kutu. 

Namun, Agus menekankan pentingnya perlakuan khusus seperti segera membungkus rapat setelah proses penggilingan untuk mencegah hal tersebut.

“Tidak mengandung kimia, jadi kutu beras lebih suka. Ini memerlukan perhatian ekstra dalam penyimpanannya,” tambah Agus yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Jatirejo.

 

Memulai pertanian organik memang tak mudah, terutama dalam mengubah kebiasaan petani yang sudah bertahun-tahun menggunakan pupuk dan pestisida kimia. 

Agus mengakui, dibutuhkan kesabaran dalam meyakinkan mereka. “Kami harus menunjukkan hasil yang nyata dulu agar mereka yakin dan mau beralih,” katanya.

Pada tahap awal, biaya memang cukup tinggi, terutama dalam hal pengadaan pupuk organik. Namun, setelah beberapa kali panen, pertanian organik justru lebih hemat karena petani bisa memanfaatkan bahan-bahan alami dari sekitar.

“Setelah berjalan, biaya produksi berkurang, dan hasil panennya pun tak kalah dengan pertanian kimia. Satu hektare lahan bisa menghasilkan hingga 7 ton gabah,” paparnya.

Selain itu, petani juga tidak lagi harus khawatir dengan kelangkaan pupuk kimia yang sering terjadi saat musim tanam. Hal ini tentu menjadi keuntungan besar di tengah meningkatnya biaya produksi di sektor pertanian konvensional.

Pada akhir 2023, luas lahan pertanian di Kabupaten Ngawi mencapai 124.923 hektare, di mana 1.700 hektare di antaranya sudah beralih ke sistem organik. Selain itu, Ngawi juga memimpin dalam pertanian ramah lingkungan berkelanjutan dengan luas mencapai 13.193 hektare, atau sekitar 25 persen dari total lahan pertanian.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Ngawi, Supardi, menyatakan bahwa sistem Pertanian Ramah Lingkungan Berkelanjutan (PRLB) mengutamakan inovasi teknologi yang mendukung produktivitas tinggi tanpa merusak lingkungan. Program-program unggulan seperti listrik masuk sawah, mandiri benih, dan hilirisasi pertanian menjadi pilar utama pengembangan sektor ini.

Calon bupati petahana Ngawi, Ony Anwar Harsono, juga menegaskan komitmennya dalam mendukung pertanian berkelanjutan. “Kami bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk PLN dalam program listrik masuk sawah dan lembaga sertifikasi Lawu Organic Certification (LOC) untuk sertifikasi organik dengan biaya terjangkau,” ungkapnya.

Ony juga menambahkan bahwa pembangunan infrastruktur pertanian, seperti irigasi dan jalan usaha tani (JUT), menjadi prioritas dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian di Ngawi. 

Dengan capaian yang luar biasa ini, Ngawi tidak hanya menjadi inspirasi bagi daerah lain, tetapi juga memberikan harapan baru bagi masa depan pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Topik Menarik