Bukti Perselingkuhan Ratu Cleopatra Terungkap Tanpa Tes DNA
Perselingkuhan Cleopatra lebih dikenang sebagai kekasih Julius Caesar dan Mark Anthony, dua jenderal Romawi paling terkenal saat itu terbongkar setelah 2.000 tahun kematianya,
Tidak dapat disangkal bahwa pada saat Cleopatra berkuasa, Mesir sedang mengalami kemunduran. Satu-satunya cara dia dapat menyelamatkan kerajaannya adalah dengan memperoleh dukungan eksternal saat itulah Julius Caesar turun tangan..
Setelah Cleopatra menjadi penguasa Mesir, saudara laki-lakinya yang menjadi suaminya mencoba menyabotase dirinya.
Seperti dilansir dari Medium, ia menginginkan seluruh kekaisaran Mesir untuk dirinya sendiri dan berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan dari anggota dewan kerajaan.
Masih berkobar dengan keinginan untuk menyelamatkan kekaisarannya, Cleopatra memutuskan untuk mendekati Caesar yang perkasa dan meyakinkannya untuk membantu menjaga kekaisarannya.
Setelah Caesar mengalahkan Pompey, ia berada di Alexandria. Selama perayaan besar ini, Cleopatra menyusun rencana untuk meyakinkan diktator Romawi itu sebelum ia juga menjadi mangsa taktik saudaranya. Ia menyelundupkan dirinya ke istana kerajaan dan mendarat dengan sempurna di kamar Caesar.
Caesar terpikat oleh Firaun Mesir pada pandangan pertama. Setelah membujuknya untuk tidur dengannya, Cleopatra mengungkapkan penderitaan yang ia hadapi di Mesir.
Caesar segera setuju untuk membantunya dengan memberinya semua dukungan yang ia butuhkan, dan dengan demikian Cleopatra mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sejarawan Romawi seperti Plutarch, Suetonius, dan Cassius Dio, yang menulis beberapa dekade setelah kematiannya, sering kali menyajikan pandangan sepihak yang tidak memihak, menggambarkan Cleopatra sebagai penggoda yang licik dan manipulatif.
Seiring berjalannya waktu, citra Cleopatra telah berkembang, dan berbagai interpretasi tentang dirinya pun bermunculan. Di era Renaisans, ia sering digambarkan sebagai pahlawan wanita yang tragis, terutama dalam karya-karya sastra dan drama.
Pengguna e-Commerce di Indonesia Naik 65 Persen, Tantangan Meningkat Ekosistem Perlu Dibanahi
Drama William Shakespeare, “Antony and Cleopatra”, misalnya, menggambarkan Cleopatra sebagai sosok yang penuh gairah dan kompleks, dengan hubungan cintanya yang penuh ketegangan dan akhirnya membawa kehancuran baik bagi dirinya maupun Mark Antony. Gambaran ini memberikan dimensi kemanusiaan pada Cleopatra, menjadikannya sosok yang dapat dimengerti dan menarik secara emosional.
Namun, pandangan modern mencoba menilai Cleopatra lebih dari sekadar kisah cinta atau citra seorang wanita penggoda. Banyak sejarawan yang kini menyoroti kecerdasan politiknya, mengakui bahwa ia bukan hanya seorang wanita yang cerdas dalam urusan politik, tetapi juga memiliki keterampilan diplomatik yang luar biasa.
Cleopatra adalah sosok yang sangat kompleks. Ia bukan sekadar karakter yang bisa disederhanakan dalam kategori wanita penggoda atau pahlawan tragis.
Dalam banyak hal, ia adalah seorang wanita yang harus menavigasi politik yang rumit, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, untuk mempertahankan keberlangsungan kerajaannya.
Sebagai seorang wanita yang berpendidikan tinggi dan menguasai berbagai bahasa, Cleopatra adalah penguasa yang mengerti betul pentingnya strategi politik dan pengaruh diplomasi.
Namun, melalui lensa sejarah yang lebih modern, kita mulai melihat Cleopatra bukan hanya sebagai sosok yang digambarkan dalam kisah-kisah romansa atau propaganda politik, melainkan sebagai seorang penguasa yang cerdas, yang berjuang keras untuk menjaga kekuasaannya dalam dunia yang penuh ancaman dan ketidakpastian. Warisannya, sebagaimana hidupnya, adalah gabungan dari kejeniusan, tragedi, dan keabadian yang tak lekang oleh waktu.
.