Tegang dengan Trump, Kanada Pikir Ulang Beli 88 Jet Tempur Siluman F-35 AS
Kanada sedang berpikir ulang tentang kontrak pembelian 88 jet tempur siluman F-35 Amerika Serikat (AS) yang ditandatangani pada 2023.
Peninjauan ini terjadi di tengah ketegangan Ottawa dengan Presiden AS Donald Trump, di mana pemimpin Amerika itu mengenakan tarif 25 persen untuk semua produk Kanada yang masuk Amerika dan mendesak agar Kanada menjadi negara bagian AS ke-51.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Kanada Laurent de Casanove mengumumkan keputusan tersebut pada hari Sabtu waktu setempat.
Pengumuman itu juga muncul dua hari setelah Portugal mengatakan bahwa mereka juga sedang mengkaji ulang kemungkinan pembelian jet tempur F-35 Amerika di tengah meningkatnya kemarahan internasional atas perang tarif yang telah diluncurkan Trump dan dukungannya yang goyah terhadap NATO.
“Perdana Menteri Kanada Mark Carney telah meminta kementerian pertahanan untuk menentukan apakah kontrak F-35, sebagaimana adanya, adalah investasi terbaik bagi Kanada, dan apakah ada opsi lain yang dapat memenuhi kebutuhan Kanada dengan lebih baik," kata Laurent de Casanove dalam sebuah email.
Ini adalah salah satu tindakan resmi pertama Carney sejak menjabat pada Jumat lalu.
Pemerintah Kanada pada Januari 2023 menandatangani kontrak dengan perusahaan pertahanan AS Lockheed Martin untuk membeli 88 unit F-35 dengan total CanD19 miliar (USD13,2 miliar).
Pemerintah telah membayar pengiriman pertama sebanyak 16 unit, yang akan dikirim awal tahun depan.
“Kesepakatan tersebut belum dibatalkan, tetapi kami perlu mengerjakan pekerjaan rumah mengingat lingkungan yang berubah, dan memastikan bahwa kontrak dalam bentuknya saat ini adalah yang terbaik bagi kepentingan warga Kanada dan Angkatan Bersenjata Kanada," imbuh pengumuman Laurent de Casanove, yang dikutip AFP, Minggu (16/3/2025).
Portugal mengindikasikan pada hari Kamis bahwa mereka sedang mempelajari F-35 Amerika dan pesawat Eropa karena ingin mengganti F-16 Angkatan Udara-nya yang sudah tua.
Menteri pertahanan yang akan lengser, Nuno Melo, mengemukakan opsi tersebut dalam sebuah wawancara pada hari Kamis dengan harian Publico.
”Mengacu pada kemungkinan prediksi sekutu kita dan posisi Amerika Serikat saat ini, dalam konteks NATO dan pada tingkat geostrategi internasional,” katanya.