Meghan Markle Pertimbangkan Buat Buku Pascacerai dari Pangeran Harry, Tim Bertemu Penerbit

Meghan Markle Pertimbangkan Buat Buku Pascacerai dari Pangeran Harry, Tim Bertemu Penerbit

Gaya Hidup | sindonews | Senin, 20 Januari 2025 - 12:20
share

Meghan Markle dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk membuat buku yang berpusat pada kehidupan pascacerai dari Pangeran Harry. Laporan ini pertama kali diungkap oleh Vanity Fair, yang menyebut bahwa tim Meghan telah berdiskusi dengan salah satu penerbit untuk mengukur minat pasar terhadap ide ini.

Menurut laporan tersebut, ide tentang buku pascacerai dari Pangeran Harry diajukan oleh tim Meghan Markle dalam diskusi awal. Meski begitu, belum ada proposal tertulis atau formal yang dibuat, dan beberapa sumber bahkan membantah bahwa diskusi semacam itu pernah terjadi.

Dilansir dari New York Post, Senin (20/1/2025), hingga kini, baik Meghan maupun Harry belum memberikan komentar resmi terkait kabar ini. Artikel Vanity Fair yang diterbitkan baru-baru ini tidak hanya membahas ide buku tersebut, tetapi juga menggambarkan perjuangan bisnis Duke dan Duchess of Sussex.

Laporan tersebut mengungkapkan kesulitan pasangan ini dalam mempertahankan relevansi dan tujuan setelah mundur dari peran kerajaan mereka. Sumber-sumber yang diwawancarai oleh Vanity Fair juga memberikan pandangan beragam tentang bintang Suits itu. Beberapa menggambarkan perilaku Meghan sebagai intimidasi diam-diam, meski ia tidak pernah secara langsung membentak karyawan.

Foto/Getty Images

“Dia (Meghan) terus-menerus bermain catur—bukan catur dalam arti strategis, tetapi dia sangat menyadari posisi setiap orang di ‘papan’ miliknya. Jika Anda tidak ikut bermain sesuai dengan aturannya, Anda bisa saja dilempar ke ‘serigala’ kapan saja,” kata seorang sumber kepada Vanity Fair.

"Itu seperti membicarakan sesuatu di belakang Anda. Anda bisa dimarahi bahkan jika seseorang tidak meninggikan suaranya. (Lucu) bahwa orang tidak bisa membedakan antara energi saat dimarahi dan seseorang yang benar-benar berteriak kepada Anda," lanjutnya.

Beberapa mantan staf bahkan mengaku menjalani terapi setelah bekerja dengan adik ipar Pangeran William itu. Salah satu karyawan podcast Archetypes, misalnya, dilaporkan mengambil cuti setelah hanya tiga episode sebelum memutuskan berhenti.

"Saya pikir jika Meghan mengakui kekurangannya sendiri atau kontribusi pribadinya terhadap situasi daripada terjebak dalam narasi korban, persepsinya mungkin akan lebih baik," jelasnya.

Di sisi lain, Duke dan Duchess of Sussex sebelumnya menandatangani kontrak senilai USD20 juta atau Rp327 miliar dengan Spotify pada 2020 untuk memproduksi podcast. Namun, menurut Vanity Fair, pasangan ini kesulitan mengembangkan konsep yang dapat dipasarkan.

Ide-ide seperti mewawancarai tokoh-tokoh kontroversial atau memperbaiki masalah dunia setiap minggu dilaporkan ditolak. Bahkan, beberapa karyawan Spotify mengklaim bahwa Beyonce dan Taylor Swift menolak undangan dari Sussex untuk tampil di podcast mereka. Akibatnya, kesepakatan besar dengan Spotify pun berakhir tanpa hasil yang signifikan.

"Mereka menginginkan tema besar yang dapat menjelaskan dunia, tetapi mereka tidak punya ide. Saya tidak tahu apa minat (Harry) selain polo. Tidak tahu seperti apa kehidupan batinnya," paparnya.

Selain kabar tentang buku dan podcast, artikel Vanity Fair juga menyoroti reaksi negatif dari warga Montecito terhadap rencana perempuan 43 tahun itu untuk meluncurkan merek gaya hidup baru, American Riviera Orchard. "Ini semacam penipuan. Dia hanya mencari cara apa pun untuk mendapatkan uang," ucapnya.

Topik Menarik