3 Pengusaha Mi Instan Terkaya Indonesia di 2024, Jawaranya Bos Indomie Berharta Rp204,6 T
Dalam daftar terbaru 50 orang terkaya di Indonesia pada akhir 2024, terdapat beberapa miliarder yang kekayaannya berasal dari mi instan sebagai bagian dari consumer goods. Mi instan telah lama menjadi salah satu makanan favorit semua orang Indonesia, baik tua maupun muda.
Dalam jajaran orang terkaya Indonesia , terdapat beberapa yang mendapatkan pundi-pundi hartanya dari jualan makanan seperti mie instan. Salah satu contohnya adalah pemilik brand mi instan paling familiar yaitu Indomie, yang tidak hanya populer di dalam negeri, tetapi hingga mancanegara.
Berikut 3 orang terkaya mi instan di Indonesia tahun 2024:
1. Anthoni Salim & Family
Anthoni Salim merupakan orang terkaya kelima di Indonesia versi Forbes tahun 2024 dengan hartanya mencapai USD12,8 miliar atau setara Rp204,6 triliun (kurs Rp15,990 per USD). Ia memimpin Salim Group, dengan beragam investasi di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi hingga energi.Salim adalah CEO Indofood dengan pendapatan sebesar USD5,8 miliar yang merupakan salah satu pembuat mi instan terbesar di dunia. Keluarga Salim juga memiliki saham di perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong First Pacific dengan aset USD27 miliar di enam negara.
Anthoni adalah anak bungsu dari tiga bersaudara dari almarhum Liem Sioe Liong, seorang taipan yang selama beberapa dekade sangat dekat dengan Presiden Soeharto. Pada tahun 1998, tepat setelah Suharto jatuh dari kekuasaan, Salim kehilangan Bank Central Asia (BCA). Keluarga Hartono, yang sekarang menjadi keluarga terkaya, menguasainya bertahun-tahun kemudian.
Mi instan menjadi salah satu sumber kekayaan Anthoni Salim. Produsen mi instan terbesar di Indonesia yakni Indofood merupakan anak perusahaan milik PT Salim Group yang saat ini di bawah kendali oleh Anthoni Salim.
Selain mengedarkan produknya di dalam negeri, brand ini cukup mendunia. Produk-produknya meliputi Indomie, Supermi, Sarimi, Pop Mie (dominan), Intermi, Sakura dan Vitami (terbatas). Ada juga produk lama seperti Top Mie, Super Cup, Nikimiku, Aseli Mi, Mi Peduli, Mie Ummah, Mie Sayaaap, Mie Semar, Pop Bihun, Anakmas Mi Sukiyaki, Miqu, dan masih banyak lagi.
Mereka memiliki pabrik produksi mie instan berjumlah 60 di Indonesia dan 20 lebih tersebar di wilayah Afrika, Timur Tengah, Eropa Tenggara. Pencapaian ini menjadikan PT Salim Group sebagai produsen mie instan terbesar di dunia.
Langkah Salim Group menjadi raksasa mi instan dimulai dari kelangkaan beras pada tahun 1970-an menurut Richard Borsuk dan Nancy Chang dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto. Salim Group lalu mendirikan PT Sarimi Asli Raya yang mulai memproduksi Sarimi pada awal 1980-an.
Produk mi instan Sarimi menjadi pendatang baru dan bersaing dengan Supermie dan Indomie saat itu yang lebih dulu hadir. Singkat cerita, kemudian Sarimi dalam setahun menguasai 40 pasar dengan harga yang lebih terjangkau.
Keperkasaan Salim Group kemudian melahirkan perkawinan antara Indomie dan Sarimi, yang pada akhirnya perusahaan patungan itu juga mencaplok brand terkenal lain, Supermi pada 1986. Hingga dalam perjalannya PT Indofood Interna dikuasai Salim Group hingga mendominasi pasar mi instan dengan 3 merek, terutama Indomie yang paling dikenal masyarakat.
Anthoni Salim saat ini mengepalai Grup Salim, dengan beragam investasi seperti di bidang makanan, ritel, perbankan, telekomunikasi, dan energi. Salim juga menjabat sebagai CEO Indofood, salah satu pembuat mi instan terbesar di dunia.
2. Jogi Hendra Atmadja & family
Pengusaha dan pemilik kelompok usaha Mayora Group, Jogi Hendra Atmadja adalah orang terkaya nomor 11 di Indonesia per akhir tahun 2024 berdasarkan perhitungan Forbes. Nilai kekayaan Jogi Hendra mencapai USD4,4 miliar atau setara Rp70,3 triliun.Harta kekayaan itu diperoleh dari Mayora Group yang merupakan salah satu produsen mi instan dengan beragam produk inovatif, seperti Bakmi Mewah dan Mi Gelas. Dahulu mereka juga memproduksi Miduo yang dikenal sebagai pelopor dua keping mi dalam satu kemasan pada 1995, dan mi instan dengan merek Roma.
Jogi Hendra Atmadja adalah bos grup Mayora, salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia yang menjual kopi, sereal, permen, biskuit dan banyak lagi. Grup Mayora mempunyai beragam brand, termasuk Kopiko, Danisa dan Roma, serta sudah dipasarkan lebih dari 100 negara.
Keluarganya mulai membuat biskuit di rumah pada tahun 1948 dan secara resmi mendirikan grup Mayora pada tahun 1977. Atmadja dan keluarganya memiliki saham pengendali di Mayora Indah yang diperdagangkan secara publik, yang menjadi perusahaan andalan di grup tersebut.
3. Husain Djojonegoro & family
Husain memiliki kekayaan USD1,33 miliar atau setara dengan Rp21,2 triliun. Ia merupakan orang terkaya di Indonesia pada posisi ke-40 pada tahun 2024 versi Forbes. Almarhum ayah Husain Djojonegoro, Chandra dan pamannya, Chu Sok Sam, memulai Orang Tua Group pada tahun 1948 dengan menjual anggur herbal.Sekarang dikelola dan dimiliki oleh Husain dan dua saudara lelakinya, kelompok ini dikenal dengan produk makanan dan minumannya. Husain dan adiknya Pudjiono mengelola Grup ABC, yang membuat baterai ABC, minuman energi Kratingdaeng, dan minuman kesehatan ANDA.
Saudaranya Hamid mengelola kelompok barang-barang konsumennya, yang memperkenalkan merek-merek baru seperti teh rasa Vit-Amin, wafer Chizmill dan minuman herbal Jagak.