Doa Cinta kepada Allah dan 4 Perkara Syarat Digandakannya Pahala Amal Saleh
Siapa yang tak ingin dicintai oleh Allah SWT. Hal ini tentu sesuatu yang selalu diidam-idamkan oleh setiap hamba-Nya. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita doa berikut ini bagi siapa saja yang ingin memohon cinta kepada Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
[arabOpen]اللهم إني أسألك حبك وحب من يحبك وحب العمل الذي يبلغني حبك اللهم اجعل حبك أحب إلي من نفسي وأهلي ومن الماء البارد[arabClose]"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu, dan mencintai amal ibadah yang menyampaikan aku kepada cinta kepada-Mu. Ya Allah, jadikanlah cintaku kepada-Mu melebihi cintaku kepada diriku, keluargamu dan dari air yang dingin. (di padang yang tandus)"
Doa di atas adalah hadis diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Ini merupakan doa yang sering di. Rasulullah SAW setiap kali menuturkan tentang kisah Nabi Daud as selalu mengatakan, bahwa dia adalah manusia yang paling rajin beribadah.
Opini : Penolakan Cagub Narkoboy, Ironi Bagi Jambi yang Berjuang Melawan Narkoba di Tengah Komitmen
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam buku berjudul "Ibadah Yang Paling Dicintai Allah" menyebut di antara rahmat Allah SWT dan hikmah-Nya, Dia menjadikan sarana yang menyampaikan kepada cinta dan ridha-Nya, dan Dia telah menjadikan untuk tujuan yang paling mulia lagi paling tinggi –yang dengan dariNya dan mencapai ridhaNya- menjadikan baginya beberapa sarana, yaitu beriman dan beramal saleh yang disyari’atkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan telah dijelaskan oleh Rasul-Nya.
Bahkan Islam dengan akidah dan hukum-hukumnya semua bertujuan merealisasikan ridha Allah dan dekat darinya. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
[arabOpen]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ[arabClose]Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-Maidah:35)
Dan maksud firman-Nya: ﴾ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَة ﴿ : carilah amal saleh yang menyampaikan kepada-Nya, yaitu semua amal ibadah yang hamba mendekatkan diri dengannya kepada Rabb-Nya, untuk mendapatkan cinta, rida dan dekat dengan-Nya.
Tingkatan
Amal-amal saleh yang disyari’atkan, semuanya tidak berada dalam satu tingkatan dalam keutamaan dan disukai di sisi Allah, sekalipun semuanya pada dasarnya disukai dan dicintai oleh Allah. Akan tetapi baginya ada tingkatan yang berbeda dari sisi kecintaan Allah SWT.
Menurut Asma` binti Rasyid, manusia bervariasi dalam melaksanakan amal ibadah ini, semua itu menurut taufik Allah SWT kepadanya. Ini yang pertama-tama. Kemudian menurut kekuatan makrifahnya kepada Allah SWT, asma, sifat dan af’al-Nya.
Dan menurut pengetahuannya dengan keutamaan amal ibadah yang disyari’atkan, waktu-waktunya yang disyari’atan, dan yang dilarang darinya.
Amal saleh berbeda di sisi Allah SWT dari sisi jenis amal saleh itu sendiri, maka Allah mencintainya karena keagungannya di sisi-Nya melebihi yang lainnya, seperti iman umpamanya, salat dan lainnya, demikian pula berbeda-beda dari sisi waktu pelaksanaan amal tersebut.
Terkadang melaksanakan ibadah yang mafdhul di waktunya yang disyari’atkan padanya lebih utama dan lebih dicintai di sisi Allah SWT dari pada melaksanakan amal ibadah yang lebih utama di waktu itu. Umpamanya: mengulangi ucapan muazin di waktu azan lebih utama dari mem dalam kitab ‘Madarijus Salikin’ menambahkan yang paling utama di setiap waktu dan kondisi adalah mengutamakan ridha Allah SWT di waktu dan kondisi tersebut dan melaksanakan kewajiban di waktu tersebut, tugas dan tuntutannya.
Mereka itu ahli ibadah yang mutlak, dan golongan-golongan sebelum mereka ahli ibadah yang terikat, maka bila salah seorang dari mereka keluar dari jenis yang dia bergantung dengannya dari ibadah dan memisahinya, ia melihat dirinya seolah-olah telah berkurang dan meninggalkan ibadahnya.
Ia menyembah menurut jalan yang satu, dan pelaku ibadah mutlak tidak ada tujuan baginya dalam satu ibadah secara tersendiri yang mengutamakannya terhadap yang lainnya. Akan tetapi tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT di mana pun adanya.
Poros ibadahnya beredar di atasnya (ridha Allah SWT). Ia senantiasa berpindah di dalam tingkatan ibadah. Setiap kali diangkat baginya satu tingkatan yang dia amalkan, ia menyibukkan diri dengannya hingga nampak tingkatan yang lain.
Inilah kebiasaannya dalam berjalan sehingga berakhir perjalanannya. Menurut Ibnul Qayyim, jika engkau melihat ulama niscaya engkau melihatnya bersama mereka. Jika engkau melihat para ahli ibadah tentu engkau melihatnya bersama mereka. Dan jika engkau melihat para mujahid niscaya engkau melihatnya besama mereka.
"Jika engkau melihat orang-orang yang berzikir niscaya engkau melihatnya bersama mereka. Dan jika engkau melihat orang-orang yang muhsin niscaya engkau melihatnya bersama mereka. Inilah hamba mutlak yang tidak terikat dalam dalam satu ikatan," tuturnya.
Syarat Penting
Menurut Asma` binti Rasyid menyebutkan beberapa perkara penting yang merupakan syarat diterimanya amal saleh dan dilipat gandakan pahalanya, serta manfaatnya tetap ada di akhirat, yaitu:
1. Ikhlas kepada Allah SWT dalam semua ibadah, yaitu mengharap ridha Allah SWT, ridha-Nya, mengharapkan yang ada di sisi-Nya, mengosongkan hati dari memperhatikan manusia dan bagian jiwa yang segera (di dunia).
2. Membedakan niat dalam ibadah, banyak yang mengira ia adalah ikhlas dan sebenarnya bukan seperti itu. Ibnul Qayyim berkata: niat dalam ibadah dan ini adalah tambahan terhadap ikhlas. Sesungguhnya ikhlas adalah mengesakan yang disembah (Allah SWT) dari yang lainnya, dan niat ibadah ada dua martabat: Salah satunya, membedakan ibadah dari rutinitas. Kedua, membedakan kedudukan ibadah satu sama lain.
3. Nasihat dalam ibadah, yaitu mengeluarkan segenap kemampuan dalam melaksanakan ibadah menurut cara yang dicintai dan diridhai Rabb SWT. Dan ini menuntut mengikuti sunnah Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
4. Menjaga pahala amal saleh, dan hal itu dengan berhati-hati dari terjerumus dalam perbuatan yang merusak dan meruntuhkan amal saleh, seperti riya, menyebut pemberian, menyakiti, ujub, mendatangi para peramal dan dukun, dan selain yang demikian itu.
Dan yang beramal harus menjauhi yang menjadi penyebab berpindahnya pahala ibadahnya kepada orang lain. Dan hal itu bisa dengan melakukan tindakan melewati batas terhadap mereka dalam urusan dunia, atau menghalangi mendapatkan hak mereka, atau menyakiti mereka dengan berbagai macam gangguan, seperti ghibah (menggunjing), mencela, mencuri, tidak menyapa yang diharamkan, dan selain yang demikian itu.