Assad Buka Suara Pertama Kalinya dari Rusia: Suriah Sekarang dalam Genggaman Teroris
Presiden terguling Suriah Bashar al-Assad bicara untuk pertama kalinya dari Rusia sejak rezimnya runtuh sepekan lalu. Dalam pernyataan pertamanya, dia menyatakan Suriah telah jatuh ke tangan teroris.
Dia membantah apa yang dilakukannya sebagai tindakan melarikan diri dari negaranya. Mantan presiden berusia 59 tahun itu menggambarkannya sebagai evakuasi dari Suriah sebagai tindakan yang diperlukan, yang dipicu oleh serangan gencar pasukan oposisi dan serangan pesawat tak berawak.
“Suriah sekarang dalam genggaman terorisme,” kata Assad dalam pernyataan hari Senin dari Rusia, tempat dia dipindahkan akibat intervensi Moskow.
Bashar al-Assad berkuasa pada tahun 2000, menggantikan ayahnya, Hafez al-Assad, yang memerintah Suriah dengan cengkeraman besi selama hampir tiga dekade.
Dalam pernyataan yang dibagikan di saluran Telegram Kepresidenan Suriah, Assad membantah spekulasi bahwa kepergiannya direncanakan atau melibatkan niat untuk melepaskan kekuasaan.
"Ketika terorisme menyebar di seluruh Suriah dan akhirnya mencapai Damaskus pada Sabtu malam, 7 Desember 2024, muncul pertanyaan tentang nasib dan keberadaan presiden. Ini terjadi di tengah banjir informasi yang salah dan narasi yang jauh dari kebenaran, yang bertujuan untuk mengubah terorisme internasional menjadi revolusi pembebasan bagi Suriah," bunyi pernyataan tersebut.
Pemerintahan Assad yang dulunya dianggap tak tergoyahkan, runtuh pada tanggal 8 Desember di bawah tekanan serangan cepat yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Front al-Nusra yang berafiliasi dengan kelompok teroris al-Qaeda, dan faksi-faksi sekutunya.
Assad mengungkapkan bahwa dia meninggalkan Damaskus pada 8 Desember saat pasukan oposisi maju ke ibu kota.
Evakuasinya ke Rusia menyusul serangan pesawat nirawak di pangkalan udara Khmeimim yang dikuasai Rusia di Latakia.
Assad mengatakan dia mengawasi operasi tempur dari Latakia setelah melarikan diri dari Damaskus tetapi mengakui bahwa semua posisi militer telah runtuh.
"Karena tidak ada cara yang layak untuk meninggalkan pangkalan, Moskow meminta komando pangkalan untuk mengatur evakuasi segera ke Rusia pada malam hari Minggu tanggal 8 Desember. Ini terjadi sehari setelah jatuhnya Damaskus, menyusul runtuhnya posisi militer terakhir dan kelumpuhan yang diakibatkannya pada semua lembaga negara yang tersisa," imbuh peryataan Assad.
"Tidak ada satu pun momen selama peristiwa ini yang membuat saya berpikir untuk mengundurkan diri atau mencari perlindungan, dan tidak ada pula usulan yang diajukan oleh individu atau partai mana pun. Satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan adalah terus berjuang melawan serangan teroris," paparnya.
Sekarang dalam pengasingan di Moskow, Assad menambahkan bahwa rasa memiliki yang mendalam terhadap Suriah tetap tidak tergoyahkan.