Seluruh Tentara Rusia Akan Hengkang dari Suriah dalam Waktu Satu Bulan
Rusia akan menarik semua pasukan militernya dari Suriah dalam waktu satu bulan. Moskow saat ini baru menarik sebagian pasukan tempurnya sejak rezim Bashar al-Assad tumbang di Damaskus sepekan lalu.
Batas waktu akhir penarikan semua pasukan militer Moskow itu diungkap sumber yang dekat dengan departemen operasi militer di Suriah kepada Al-Araby Al-Jadeed, versi bahasa Arab dari The New Arab, pada hari Senin.
Laporan itu mengatakan Moskow telah menarik sebagian pasukan militer tempurnya dari Pangkalan Udara Khmeimim, pangkalanmiliter terbesarnya di Suriah yang terletak di wilayah Jableh di pedesaan Latakia.
Baik Rusia maupun penguasa baru Suriah belum berkomentar atas informasi tersebut.
Rusia telah menarik 10 persen pasukan tempurnya dari Suriah selama dua hari terakhir karena dua pesawat telah mengangkut peralatan militer dari Pangkalan Udara Khmeimim ke Rusia setiap hari, dalam dua atau tiga kelompok.
Mengutip informasi dari Abu Amin Observatory, pengamat perang lokal yang juga dikenal sebagai Observatory 80 dan bekerja bersama departemen operasi militer, pasukan militer Rusia di Pangkalan Udara Khmeimim, wilayah Jableh, Tartous, dan bandara Qamishli semuanya akan ditarik secara berurutan dalam jangka waktu maksimal satu bulan.
Minggu lalu, pasukan Rusia menarik diri dari tujuh titik pengamatan dari pedesaan Quneitra dan dari perbatasan Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki melalui dua konvoi militer.
Konvoi lain ditarik dari bandara militer T4 di pedesaan timur Homs, sementara peralatan militer sebagian ditarik dari bandara Qamishli di pedesaan timur laut provinsi Hasakah.
Sejak dimulainya serangan pemberontak di Suriah, yang dijuluki Operasi Pencegahan Agresi, pasukan Rusia telah menarik sebagian besar titik militer mereka yang tersebar di provinsi-provinsi Suriah.
Al-Araby Al-Jadeed sebelumnya melaporkan bahwa ada sekitar 22 pesawat tempur di Pangkalan Udara Khmeimim, sementara Bandara Qamishli memiliki tujuh pesawat.
Pada bulan Juli 2023, Jusoor Centre for Studies, sebuah lembaga think tank penelitian independen, menerbitkan data analitis dan peta yang menunjukkan lokasi militer eksternal, termasuk sekitar 830 yang terkait dengan Rusia, AS, Turki, dan Iran.
Organisasi tersebut melaporkan pada saat itu bahwa jumlah lokasi militer Iran di Suriah mencapai 570, sementara Turki memiliki 125 dan Rusia memiliki 105.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Belanda Caspar Veldkamp pada hari Senin mengatakan kepergian militer Rusia dari Suriah harus menjadi prasyarat untuk mencabut sanksi Uni Eropa terhadap kelompok pemberontak yang menggulingkan rezim Assad.
Veldkamp menyampaikan komentar tersebut di Brussels menjelang pertemuan para menteri luar negeri pada hari Senin.
"Saya pikir masih terlalu dini untuk mencabut sanksi tersebut [terhadap Hayat Tahrir al-Sham], kami benar-benar ingin mensyaratkannya pada transisi politik yang inklusif," katanya.
"Saya pikir penting juga untuk melihat persyaratan mengenai pangkalan militer Rusia di Suriah. Kami ingin Rusia keluar," lanjutnya.
Sementara Uni Eropa belum memberikan keputusan resmi mengenai sanksi terkait Suriah, kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Kaja Kallas. Dia mengatakan pihaknya akan mengirim diplomat tertinggi blok tersebut di Suriah untuk bertemu dengan pemerintah transisi baru di Damaskus.
"Saya pikir kita tidak bisa membiarkan kekosongan—dan kita tidak melakukannya," kata Kallas kepada wartawan. "Kami juga akan berdiskusi dengan para menteri luar negeri mengenai tingkat keterlibatan dan bagaimana kita melanjutkan dari sini," katanya.
Moskow telah mendukung Suriah sejak awal Perang Dingin, dan telah mengakui kemerdekaannya pada tahun 1944 ketika Damaskus berusaha menyingkirkan kekuasaan kolonial Prancis. Barat telah lama menganggap Suriah sebagai satelit Soviet.
Pangkalan-pangkalan di Suriah merupakan bagian integral dari kehadiran militer global Rusia—Pangkalan Angkatan Laut Tartous merupakan satu-satunya pusat perbaikan dan pasokan ulang Rusia di Mediterania, sedangkan Pangkalan Udara Khmeimim sebagai pos persinggahan utama untuk aktivitas militer dan tentara bayaran di Afrika.
Rusia juga memiliki pos-pos penyadapan di Suriah yang dijalankan di samping stasiun-stasiun sinyal Suriah, menurut sumber-sumber intelijen militer Suriah dan Barat.
Duduk Perkara CIA, FBI, dan NYPD Digugat Rp1,5 Triliun atas Pembunuhan Aktivis Muslim Malcolm X
Fasilitas Tartous berdiri sejak tahun 1971, dan setelah Rusia campur tangan dalam perang saudara untuk membantu Assad, Moskow pada tahun 2017 diberikan sewa gratis selama 49 tahun.