Mesir Sebut Arogansi Militer Zionis Tidak Akan Mewujudkan Stabilitas Keamanan bagi Israel
Mesir menyatakan kemarahannya kepada Israel dengan invasi ke Dataran Tinggi Golan di Israel dan serangan bertubi-tubi di Gaza.
Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty mengatakan bahwa kekuatan militer dan arogansi tidak dapat membawa keamanan dan stabilitas bagi Israel atau kawasan tersebut.
Selama konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di Beijing, Abdelatty menjelaskan bahwa ia menjadi salah satu ketua dialog strategis putaran keempat antara Mesir dan Tiongkok, menurut kantor berita negara Mesir.
Menteri tersebut menekankan bahwa kedua belah pihak sepakat tentang perlunya segera gencatan senjata di Gaza, akses penuh bantuan kemanusiaan dan medis ke wilayah tersebut, dan memajukan visi negara Palestina yang merdeka sesuai dengan resolusi PBB.
"Kekuatan militer dan kesombongan tidak akan membawa keamanan dan stabilitas bagi Israel atau kawasan tersebut," katanya dilansir Anadolu.
"Hanya dengan memulihkan hak-hak sah rakyat Palestina, mendirikan negara mereka di semua wilayah nasional dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kembali ke perbatasan tahun 1967, keamanan dan stabilitas sejati dapat dicapai," tambahnya.
Mengenai Suriah, Abdelatty mencatat adanya diskusi dengan mitranya dari China mengenai perkembangan terkini, khususnya setelah tergulingnya rezim Bashar Assad.
Ia menekankan pentingnya proses politik inklusif di Suriah yang mencerminkan keberagaman etnis, agama, dan sektarian di negara tersebut, melindungi hak-hak minoritas, dan memungkinkan berbagai kekuatan politik untuk berperan dalam mengelola transisi.
Menteri luar negeri Mesir mengutuk serangan Israel terhadap Suriah dengan menyebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional."
Israel telah melancarkan perang genosida di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 44.800 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober 2023.
Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan bulan lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Gaza.