Kisah Perseteruan Majapahit Timur dan Majapahit Barat Dipicu Stempel dari Kaisar China
Kerajaan Majapahit menjalin hubungan dengan Kekaisaran China semasa Raja Hayam Wuruk berkuasa. Hubungan bilateral ini terus berjalan saat Majapahit terbelah menjadi dua timur dan barat.
Di Kerajaan Majapahit barat Wikramawardhana tampil sebagai raja masih meneruskan tradisi hubungan baik dengan Kekaisaran China itu. Ketika Cheng Tsu naik tahta sebagai kaisar baru di China juga memberitahukan kepada Raja Wikramawardhana.
Sang Kaisar yang bergelar Yung Lo ini juga sering mengirimkan utusan ke Kerajaan Majapahit. Pada awal masa pemerintahan Kaisar Yung Lo inilah menugaskan Laksamana Cheng Ho yang sangat terkenal dan berulang kali dikirim ke Majapahit. Kaisar Yung Lo memerintah dari tahun 1403 hingga 1424.
Bahkan secara khusus Yung Lo sebagaimana dikisahkan pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" ia mengirimkan utusan penobatannya sebagai kaisar baru pada 1403 yang disambut dengan pengiriman utusan balasan oleh Wikramawardhana.
Utusan balasan ini untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya sang kaisar memimpin wilayah Kekaisaran China.
Hubungan antara negeri China dan Majapahit makin hari bertambah rapat, lebih-lebih setelah Raja Majapahit Wikramawardhana menerima stempel perak berlapis emas dari Kaisar. Sebagai tanda terima kasih Wikramawardhana mengirim utusan ke negeri China dengan membawa upeti.
Tetapi rupanya kiriman stempel perak berlapis emas itu membangkitkan niat Raja Kerajaan Majapahit bagian Timur untuk juga mengirim utusan ke negeri China dengan membawa upeti. Namun maksud utama pengiriman utusan itu ialah untuk minta stempel sebagai tanda pengakuan resmi dari pihak kaisar.
Ternyata permintaan itu dikabulkan, pemberian stempel itu membuktikan bahwa Kaisar Yung Lo memperlakukan Kerajaan Timur sejajar dengan Kerajaan Barat, atau Kerajaan Majapahit utama, sekaligus merupakan pengakuan resmi Kaisar kepada Kerajaan Timur lepas dari kekuasaan Kerajaan Barat.
Hal itu pasti membangkitkan ketidaksenangan pihak Kerajaan Barat. Kemudian timbul ketegangan antara Kerajaan Majapahit Barat dan Kerajaan Majapahit Timur.
Sejarah Dinasti Ming menyatakan bahwa raja Kerajaan Majapahit Timur itu bernama Put-ling-ta-ha. Nama itu kiranya ialah transliterasi Cina dari gelar asli Bhre (ng) Daha; suatu bukti bahwa Bhre Wirabhumi benar bergelar Bhre Daha sejak tahun 1371 sepeninggal Bhre Daha Dyah Wiyat Sri Rajadewi.
Apa yang dilakukan oleh Kaisar Yung Lo terhadap Kerajaan Timur, sama tepat dengan apa yang dilakukan Kaisar Hung Wu terhadap Suwarnabhumi pada tahun 1376.
Tindakan itu merugikan kesatuan Kerajaan Majapahit, karena tindakan itu memecah-belah kesatuan negara Majapahit. Demikianlah bagi Majapahit hubungan dengan China kala itu lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.