Kisah Purnawarman, Raja Tarumanegara Penunggang Gajah yang Miliki Kekuatan Bak Dewa Wisnu

Kisah Purnawarman, Raja Tarumanegara Penunggang Gajah yang Miliki Kekuatan Bak Dewa Wisnu

Infografis | sindonews | Sabtu, 5 Oktober 2024 - 08:36
share

Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman antara abad ke-4 hingga ke-7 Masehi. Purnawarman yang memerintah selama 39 tahun dari 395 hingga 434 Masehi, dikenal karena strategi pemerintahan yang efektif dan legitimasi kekuasaan yang kuat dengan merujuk pada Dewa Wisnu.

Prasasti-prasasti bersejarah, seperti Prasasti Kebun Kopi dan Prasasti Pasir Jambu menggambarkan sosoknya yang agung dan kekuasaan yang meluas, termasuk penggunaan gajah sebagai simbol otoritasnya. Di dua prasasti itu konon Purnawarman memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan pemerintahan karena sistemnya kala itu.

Baca juga:16 Pamen Polri Dimutasi Kapolri Menjadi Direktur Reserse ke Daerah, Ini Nama-namanya

Dikutip dari buku "Hitam Putih Pajajaran: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran" dari Fery Taufiq El Jaquene, Sabtu (5/10/2024), Raja Purnawarman merupakan seorang raja yang mampu melegitimasi kekuasaan dengan merujuk kepada Dewa Wisnu sebagai salah satu dewa tertinggi dalam agama Hindu. Hal ini dibuktikan Raja Purnawarman memiliki telapak kaki serupa dengan telapak kaki Dewa Wisnu.

Telapak kaki Raja Purnawarman dibuktikan dengan empat baris puisi berirama anustubh, dengan tulisan vikkrāntāsyā vanipateḥ, śrīmataḥ pūrnṇavarmmaṇaḥ, tārumanagarendrasya, vişnor=iva padadvāyam, yang artinya "inilah sepasang (telapak) kaki, yang seperti (telapak kaki) Dewa Wisnu, ialah telapak kaki Yang Mulia Purnawarman, raja di negara Tarumanegara. Raja yang gagah berani di dunia.”

Sosok Purnawarman melegitimasi dirinya sebagai sosok Dewa Wisnu yang hidup di dunia. Ia seorang yang kuat, memiliki ilmu tinggi, dan mampu menaklukkan lawan dengan mudah. Atas kehebatan yang dimiliki, rakyat harus tunduk dan patuh di bawah pemerintahan Raja Purnawarman.

Hal ini sesuai dengan ajaran Hindu, umat harus memuja Dewa Wisnu. Sebab Dewa Wisnu adalah dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahma (Tuhan Yang Maha Esa).

Berbeda dengan Prasasti Ciaruteun, dalam Prasasti Kebun Kopi terdapat pahatan cap telapak kaki gajah milik Raja Purnawarman. Prasasti tersebut menceritakan Raja Purnawarman memiliki piaraan gajah yang wujudnya seperti Airawata, yakni vahana, yang artinya makhluk atau benda yang menjadi kendaraan milik salah satu dewa.

Dari isi Prasasti Kebun Kopi juga dapat diterjemahkan bahwa Raja Purnawarman melegitimasi dirinya memiliki alat transportasi berwujud gajah. Secara simbolik, vahana atau kendaraan yang ditunggangi Raja Purnawarman dianggap menyerupai piaraan Dewa Indra. Dengan istilah lain, berarti Raja Purnawarman telah melegitimasi dirinya sebagai Dewa Indra.

Sementara di Prasasti Pasir Jambu dikisahkan Purnawarman menggunakan simbol-simbol religiositas Hindu. Raja Purnawarman menceritakan dirinya sosok raja yang memiliki wibawa tinggi, tangguh, gagah perkasa, dan ditakuti semua musuh, sehingga ia sudah sepatutnya dihormati oleh siapa pun.

Di masa pemerintahan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara ibu kotanya dipindah ke Sundapura. Di masa inilah Kerajaan Tarumanegara mengalami kemajuan cukup pesat. Atas kehebatan yang dimiliki Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mampu menguasai 48 kerajaan kecil di bawahnya.

Baca juga:Kisah Letkol Dhomber, Putra Dayak yang Nyamar Jadi Orang Filipina dalam Upaya Merebut Kalimantan

Ia mampu menguasai daerah Jawa tengah seperti Purbalingga, Banjarnegara, Brebes dan sekitarnya. Kepemimpinan Raja Rurnawarman akhirnya diteruskan anaknya bernama Wisnuwarman dan digantikan oleh Indrawarman. Selanjutnya ada Maharaja Candrawarman yang memimpin Kerajaan Tarumanegara.

Topik Menarik