Atasi Oversupply Ayam, Peternak Mandiri Diminta Bentuk Asosiasi

Atasi Oversupply Ayam, Peternak Mandiri Diminta Bentuk Asosiasi

Terkini | sindonews | Kamis, 3 Oktober 2024 - 21:56
share

Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor ( IPB ) Trioso Purnawarman mendorong peternak ayam mandiri untuk menjadi peternak mitra atau membentuk asosiasi. Hal itu guna mewujudkan stabilitas harga dan rantai pasok unggas yang adil dan berkelanjutan.

Kelebihan stok atau surplus menyebabkan harga pembelian ayam ras hidup di peternak menurun dan merugi. Menurutnya, supply yang berlebih adalah suatu anugerah. Pasalnya, menjadi keberhasilan kementerian teknis yang memproduksi pangan asal hewan.

Sehingga di tingkat masyarakat dan organisasi termasuk juga apabila Presiden ada suatu aktivitas makan banyak ayam dan telur akan meningkatkan demand ," kata Trioso dalam kegiatan Focus Group Disscusion (FGD) Kolaborasi Antarkelembagaan untuk Mewujudkan Stabilitas Harga dan Rantai Pasok Unggas Yang Adil dan Berkelanjutan di Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/10/2024).

Dalam diskusi yang diiniasi Forum Broiler Indonesia (FBI) tersebut, Trioso menilai program presiden terpilih Prabowo Subianto yakni, makan bergizi gratis (MBG) pada Januari 2025 nanti bisa membawa angin segar para peternak ayam mandiri. Kendati demikian, hal tersebut tidak terlalu signifikan untuk menyerap ayam livebird (ayam hidup) dari peternak mandiri. Pasalnya, program tersebut dilakukan secara bertahap.

"Cuma persoalannya tidak segitu cepat dilakukan karena efektifitas program ini baru Januari 2025 dan itu baru terserap 20 juta warga, tahun 2026, 65 juta dan pada 2027 82,9 juta sehingga tidak cepat meningkatkan demand mungkin tidak terlalu signifikan untuk menaikan (demand). Maka dari itu perlu program yang cepat dan terstruktur serta promosi baik dari pemerintah pusat dan daerah," ujarnya.

Kemudian untuk mewujudkan rantai pasok unggas yang adil dan berkeadilan, Trioso yang masuk dalam Tim Percepatan Penyediaan daging, susu dan telur ini menyarankan peternak mandiri membentuk asosiasi bergabung dengan rumah potong hewan unggas dan pabrik pangan. Menurutnya, peternak saat ini tidak bisa berdikari untuk bersaing dengan pengusaha integrator.

Dikatakannya, sudah ada Perpres No 10/2021 bahwa pelaku usaha budidaya ayam dengan pola kemitraan. Sayangnya peternak belum memahami mengikuti anjuran program dari pemerintah.

Padahal dengan kemitraan itu banyak keuntungannya yang diperoleh pelaku usaha mikro kecil. Artinya supply terpelihara, harga terjangkau dan serapan dari ayam livebird langsung dipotong dan masyarkat ada kepastian," tandasnya.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, Badan Pangan Nasional ( Bapanas ) Maino Dwi Hartono mengakui permasalahan kelebihan stok ayam hidup sudah bertahun-tahun. Sebagai upaya mengatasi oversupply dari produksi ayam, pemerintah memberikan bantuan pangan berupa daging ayam dan telur dalam rangka penanganan stunting.

Penyaluran Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) telah diberikan kepada 1,446 juta jiwa KRS (Keluarga Beresiko Stunting) di 7 provinsi pada 2024. "Dengan pemberian daging ayam 1 kilogram dan telur 10 butir. Harapannya kami bisa berlanjut tahun depan dan bertambah sebaran wilayah saat ini baru tujuh provinsi, masih ada provinsi-provinsi lain yang belum tersalurkan mudah-mudahan terus berlanjut," katanya.

"Semoga dengan forum ini menghasilkan produk kepastian hukum bagi para pelaku usaha, sehingga terciptanya keadilan dan keberlanjutan," terangnya.

Para peserta yang hadir yaitu Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar), Komunitas Peternak Unggas Nasional (KPUN), dan Peternak Pembudidaya Unggas Niaga (PPUN). Kemudian Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Dtijen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Bapanas, Japfa, dan Pokphand.

Topik Menarik