Lebih Praktis dari EV, Konsumen di Dunia Antre Mobil Hybrid hingga Inden Panjang
JAKARTA, iNews.id - Memasuki era eletrifikasi, konsumen memiliki beberapa pilihan model kendaraan ramah lingkungan. Terdapat tiga model kendaraan elektrifikasi yang saat ini banyak dipasarkan di penjuru dunia, yaitu Hybrid Electric Vehicle (HEV), Hybrid Plug-In Electric Vehicle (PHEV) dan Batery Elecetric Vehicle (BEV).
Pertanyaannya model kendaraan elektrik manakah yang saat ini paling banyak dipilih konsumen di dunia, termasuk Indonesia? Jawabannya adalah hybrid.
Berdasarkan laporan media-media di dunia, tingginya permintaan HEV, membuat produsen kendaraan mengalami kesulitan memenuhi pemesanan konsumen. Ini terutama dirasakan Toyota.
Carscoops mengungkapkan, krisis mobil hybrid Toyota terjadi di Eropa, Jepang, China, dan India. Di pasar India, konsumen harus menunggu dua sampai 9 bulan tergantung model mobil hybrid yang dipesan konsumen.
Di Eropa, inden mobil hybrid Toyota meningkat hingga dua kali lipat sejak 2020. Umumnya, konsumen hanya perlu inden selama 60 hingga 70 hari.
Antrean penjualan, selain karena lonjakan permintaan mobil hybrid, beberapa komponen mobil hybrid mengalami hambatan.
Reuters melaporkan, berdasarkan sumber di Toyota ada kesulitan bahan baku rantai pasokan membuat mobil hybrid Toyota inden. Salah satunya kekurangan magnet yang dipasok oleh produsen komponen Aisin Corp milik Toyota yang menyebabkan keterlambatan pengiriman motor hybrid.
Di sisi lain, peningkatan ini membuktikan strategi Toyota mengembangkan mobil hybrid berhasil, meskipun beberapa pesaingnya memprediksi kendaraan elektrik berbasis baterai akan menggeser permintaan mobil hybrid
LMC Automotive mencatat penjualan mobil hybrid global, termasuk model PHEV hampir meningkat tiga kali lipat dalam 5 tahun terakhir, dari 5,7 juta unit menjadi 16,1 juta unit.
Model dengan permintaan tertinggi di kawasan tersebut termasuk Yaris Cross Hybrid dan RAV4 Plug-in Hybrid. Sementara di Jepang, waktu tunggu berkisar antara dua hingga lima bulan untuk berbagai model, (menurut situs web resmi Toyota).
Di Amerika Serikat, stok mobil hybrid juga semakin tipis. Seorang sumber mengatakan, di salah satu dealer, Prius Hybrid sudah terjual habis sejak pertengahan Februari, sementara stok Camry Hybrid sangat terbatas. Di India, waktu tunggu berkisar antara dua hingga sembilan bulan, tergantung pada modelnya.
Reuters mewawancarai 10 tokoh industri, termasuk orang-orang di Toyota dan para pemasok, mereka mengungkapkan kendala saat ini terjadi dalam rantai pasokan mobil hybrid. Toyota menyatakan, permintaan mobil hybrid meningkat signifikan di seluruh dunia.
Toyota sendiri telah berinvestasi besar dalam meningkatkan kapasitas produksi. Di India, Toyota Kirloskar Motor telah menambah kapasitas untuk memproduksi 32.000 kendaraan tambahan per tahun dan berencana untuk meningkatkan produksi hingga 100.000 kendaraan. Selain itu, Toyota juga menginvestasikan 14 miliar dolar AS untuk pabrik baterai di North Carolina guna memenuhi permintaan kendaraan hybrid.
Di China, meskipun total penjualan Toyota turun 7 persen pada 2024 dibanding tahun sebelumnya, penjualan kendaraan elektriknya sebagian besar adalah mobil hybrid, meningkat 27 persen.
Di Indonesia, PT Toyota Astra Motor (TAM) sukses mencatat kontribusi signifikan sebagai produsen HEV terbesar di Indonesia sepanjang 2024. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), dari 25 model mobil hybrid yang mencatat penjualan tinggi sepanjang 2024, di antaranya merupakan produk Toyota.
Sepanjang 2024, penjualan wholesales mobil hybrid sebanyak 56.812 unit. Angka ini tumbuh 4,86 persen year on year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk mobil hybrid terlaris sepanjang 2024, Toyota Kijang Innova Zenix Hybrid masih menjadi pilihan utama. Mobil MPV tersebut mencatatkan penjualan sebanyak 26.470 unit.
"Kami sangat mengapresiasi antusiasme pelanggan terhadap produk-produk Toyota, terutama terhadap pilihan kendaraan elektrifikasi seperti Kijang Innova Zenix Hybrid yang mendominasi penjualan,” kata Vice President Director PT. Toyota-Astra Motor (TAM), Henry Tanoto.
Menariknya, Toyota Alphard Hybrid terdistribusi sebanyak 3.838 unit sepanjang 2024. Padahal, mobil yang dibanderol mulai Rp1,4 miliarn itu memiliki masa inden cukup panjang, yakni hingga lebih dari satu tahun. Toyota Yaris Cross Hybrid: 4.114 unit.
Kuatnya performa penjualan tersebut bukan tanpa sebab. Selain irit bahan bakar, mobil hybrid lebih praktis dari EV (kendaraan listrik) karena tidak perlu repot mencari charging station. Selain itu, terdapat potongan Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM) sebesar 3 persen dari pemerintah.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam tak menampik dampak adanya insentif mobil hybrid berupa potongan PPnBM 3 persen turut mendorong kinerja ekspor.
"Sementara kalau kita lihat di pasar ekspor kita kebanyakan mereka mintanya hybrid karena infrastruktur atau lain sebagainya. Kemudian di Amerika Selatan itu banyak (BBM) etanol yang juga bisa digunakan untuk mobil hybrid agar emisinya lebih rendah lagi," katanya.
Dia berharap dengan tambahan dua model elektrifikasi rakitan lokal yaitu Innova Zenix HEV dan Yaris Cross HEV dapat memperluas tujuan negara ekspor serta menggenjot jumlah unit yang dikirim ke luar negeri.
Sebelumnya, Toyota telah menghadirkan model mobil hybrid yaitu, C-HR HEV. Toyota CHR Hybrid dibekali dengan mesin 1.8L tipe 2ZR-FXE yang dipadukan dengan Hybrid Synergy Drive. Mesin ini mampu menghasilkan tenaga maksimal pada 99 Hp dan torsi puncak pada 142 Nm.
Saat diuji di jalanan kota dan luar kota. Meski bertenaga besar, Toyota C-HR Hybrid mampu menempuh jarak 23,8 kilometer dalam 1 liter bensin. Teknogi pada C-HR terus dikembangkan Toyota yang kini diterapkan pada beberapa model mobil hybrid terbaru.