Sudah Dapat Subsidi tapi Penjualan Motor Listrik Masih Melempem, Ini Masalahnya

Sudah Dapat Subsidi tapi Penjualan Motor Listrik Masih Melempem, Ini Masalahnya

Otomotif | inews | Jum'at, 11 Oktober 2024 - 07:51
share

JAKARTA, iNews.id - Penjualan sepeda motor di Indonesia telah menyentuh angka 6 juta unit per tahun. Ini menjadikan Indonesia sebagai pasar motor terbesar ketiga di dunia setelah China dan India.

Namun, faktanya penjualan sepeda motor di Indonesia masih didominasi model ICE (internal combustion engine) atau berbahan bakar bensin. Sementara model motor listrik masih jauh dari harapan.

Di sisi lain, jumlah brand sepeda motor listrik di Indonesia terus menjamur dengan jumlah sekitar 59 merek. Namun, ini tidak sejalan dengan penjualan.

Berdasarkan data Asosiai Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) pada 2022 penjualan motor ICE mencapai 5.221.470 unit. Sementara motor listrik hanya terjual 17.198 unit dengan market share 0,3 persen.

Pada 2023, penjualan motor ICE tumbuh mencapai 6.23.,992 unit. Sementara penjualan motor listrik hanya 54.737 unit dengan market share 0,9 persen. 

Padahal, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satunya dengan memberikan subsidi terhadap motor listrik produksi lokal. 

Meski tren penjualan sepeda motor listrik pada 2022 ke 2023 meningkat lebih dari tiga lipat, tapi penetrasinya masih ketinggalan bila dibandingkan mobil listrik. 

Pada 2023, penetrasi sepeda motor listrik di bawah 1 persen dari penjualan unit sepeda motor baru. Sementara penjualan mobil listrik sudah lebih dari 2 persen dari total penjualan mobil. 

Padahal, beberapa tahun lalu market punya ekspektasi penjualan sepeda motor listrik akan lebih tinggi dibanding mobil, tapi kenyataan justru sebaliknya.

Raditya Wibowo, salah satu CEO perusahaan sepeda motor listrik di Indonesia mengungkapkan, ini disebabkan motor listrik yang ada di pasaran belum bisa memenuhi kebutuhan konsumen Indonesia memiliki kinerja, durability, dan keandalan yang baik. Intinya, belum ada sepeda motor listrik yang berkualitas.

Tingkat adopsi kendaraan listrik yang rendah disebabkan fakta produk kendaraan listrik saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan pengendara Indonesia.

“Melihat perkembangan motor listrik saat ini, kayaknya belum ada produk yang benar-benar bisa menjawab kebutuhan masyarakat. Kebanyakan masyarakat tahunya motor listrik itu enggak bisa dipakai jauh, tarikan gasnya kurang optimal, atau bingung nge-charge-nya di mana. Jadi hal-hal basic seperti ini yang membuat tingkat adopsi motor listrik rendah,” ujar Raditya Wibowo, CEO perusahaan sepeda motor listrik di Indonesia.

Sebelumnya, Ketua Umum AISI Johannes Loman mengungkapkan tantangan utama yang dihadapi pasar motor listrik. Salah satu faktor yang membuat masyarakat enggan beralih adalah waktu cas motor listrik yang cukup lama.

"Di dalam industrinya penerimaan konsumen ternyata tak secepat roda empat. Satu keterbatasan jarak, waktu charging lama. Padahal, pengendara motor butuh kecepatan dan range yang jauh," kata Loman di Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2024).

Selain itu, kata Loman, harga motor listrik cukup tinggi. Terlebih, masyarakat Indonesia masih memikirkan harga jual kembali ketika memutuskan membeli suatu kendaraan.

"Yang tak kalah penting harga dan peace of mind. Penerimaan konsumen itu yang penting, kalau konsumen kebutuhannya tercukupi, konsumen akan segera beralih," ujarnya.

Seperti diketahui, kuota subsidi saat ini sudah mencapai batas kuota yang ditentukan pemerintah, yakni 60.800 unit. Masyarakat yang ingin membeli motor listrik harus membayar tanpa potongan subsidi Rp7 juta.

Namun, ke depan Loman meyakini masyarakat Indonesia akan beralih ke sepeda motor listrik apabila pemerintah sudah mempersiapkan infrastruktur. Paling penting adalah meyakinkan masyarakat agar mau beralih ke motor listrik.

Topik Menarik