Kisah Bung Karno Tak Punya Duit Lelang Peci untuk Bayar Zakat Fitrah
JAKARTA – Soekarno, Bapak Proklamator sekaligus Presiden pertama Indonesia ternyata pernah menghadapi berbagai kesulitan dalam hidupnya, termasuk masalah keuangan. Selain tumbuh dalam kondisi ekonomi yang serba terbatas, Bung Karno juga pernah mengalami kesulitan ekonomi untuk merayakan Lebaran.
Kondisi Bung Karno menarik simpati sahabatnya, Roeslan Abdoelgani. Dengan cara unik sahabatnya membantu Bung Karno yang kemudian menawarkan solusi dengan melelang peci milik Sang Proklamator.
Peci hitam yang selalu dikenakan oleh Bung Karno menjadi bagian dari identitasnya, dipadukan dengan baju safari yang selalu menemani penampilannya. Bagi Bung Karno, memakai peci adalah simbol kedekatannya dengan rakyat.
Ia juga dikenal dengan kebiasaannya mengenakan peci dengan sedikit miring sebagai ciri khasnya. Kisah mengenai lelang peci ini ditulis dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno karya Kadjat Adrai.
Suatu hari menjelang Lebaran, Bung Karno bertemu dengan Roeslan Abdoelgani, mantan Menteri Luar Negeri, untuk meminjam uang.
“Cak, tilpuno Anang Tayib. Kondo’o nék aku gak duwé dhuwik (Cak teleponkan Anang Tayib bilang aku gak ada uang),” tutur Soekarno.
Anang yang dimaksudkan Bung Karno adalah keponakan Roeslan yang tinggal di Gresik dan memiliki usaha peci merek Kuda Mas yang sering dipakai Bung Karno. Namun, alih-alih meminjamkan uang, Roeslan justru mengusulkan untuk melelang peci yang sudah dipakai Bung Karno.
“Beri aku satu peci bekasmu. Saya akan lelang,” kata Roeslan.
“Bisa laku berapa, Cak?” tanya Soekarno.
“Wis tala, serahno aé soal iku nang aku. Sing penting bèrès (sudahlah, serahkan saja soal itu pada saya. Yang penting beres),” sahut Roeslan.
Akhirnya, Bung Karno memberikan salah satu pecinya, dan Roeslan membawa peci tersebut kepada Anang. Tak disangka, lelang tersebut menarik perhatian banyak pengusaha dari Gresik dan Surabaya. Bahkan, Anang melelang tiga peci.
"Saudara-saudara, sebenarnya hanya satu peci yang pernah dipakai Bung Karno. Tetapi saya tidak tahu lagi mana yang asli. Yang penting ikhlas atau tidak?” tanya Anang.
“Ikhlas!!!” seru para peserta lelang.
Profil Kapolda Kalsel Irjen Pol Rosyanto Yudha Hermawan yang Anaknya Viral Gegara Pamer Kekayaan
“Alhamdulillah,” sahut Anang.
Dalam waktu singkat, uang sebesar Rp10.000.000 terkumpul, dan segera diserahkan oleh Anang kepada Roeslan.
“Asliné lak siji sé (Yang asli cuma satu ‘kan),” kata Roeslan.
“Iya. Sebenarnya dua peci yang akan saya berikan untuk Bung Karno,” kata Anang.
“Tapi kedua peci itu jelek,” ungkap Roeslan.
“Memang sengaja saya buat jelek. Saya ludahi, saya basahi, saya kasih minyak, supaya kelihatan bekas dipakai,” sahut Anang.
“Koen iki kurang ajar Nang, mbujuki wong akèh (Kamu kurang ajar Nang. Nipu banyak orang),” tutur Roeslan.
“Nék gak ngono gak olèh dhuwik akèh (Kalau nggak begitu mana mungkin bisa dapat banyak uang),” jawab Anang.
Kemudian, Roeslan menyerahkan semua uang hasil lelang kepada Bung Karno. Sementara Bung Karno pun terkejut melihat jumlah uang yang terkumpul begitu banyak.
“Cak, kok akeh dhuwiké (Banyak banget uangnya)?” Bung Karno kaget.
“Iku akal-akalané Anang (Itu semua akal-akalannya Anang),” jelas Roeslan. Dia pun menceritakan bagaimana cara Anang menggandakan peci.
“Kurang ajar Anang. Nék ngono sing dosa aku apa Anang (Kalau begitu yang berdosa saya)?” tanya Bung Karno.
“Anang,” sahut Roeslan.
”Dhuwik sakmono akèhé jangé digawé apa Bung (Uang begitu banyak akan digunakan untuk apa Bung)?” tanya Roeslan.
“Gawé zakat fitrahku. Gowoen kabèh dhuwik iki nang makam Sunan Giri. Dumno nang wong-wong melarat nok kono (Untuk zakat fitrahku. Bawa semua uang ini ke makam Sunan Giri. Bagikan pada orang-orang miskin di sana),” ujar Bung Karno.