Waktu I’tikaf yang Paling Utama dan Keutamaannya

Waktu I’tikaf yang Paling Utama dan Keutamaannya

Muslim | okezone | Sabtu, 29 Maret 2025 - 02:53
share

JAKARTA - I’tikaf merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, terlebih lagi di bulan Ramadhan. Ibadah ini dilakukan dengan cara berdiam diri di dalam masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak ibadah, dzikir, doa, dan muhasabah diri. Waktu pelaksanaan i’tikaf memang fleksibel, namun terdapat waktu-waktu yang sangat utama dan memiliki keutamaan yang agung sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

1. Waktu I'tikaf

Para ulama sepakat bahwa waktu i’tikaf yang paling utama adalah pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).

Berdasarkan hadits ini, jelas waktu yang paling utama untuk melaksanakan i’tikaf adalah pada malam-malam terakhir Ramadhan, dimulai sejak malam ke-21 hingga akhir bulan Ramadhan. Bahkan sebagian ulama menyebutkan, waktu masuk i’tikaf yang sempurna dimulai sejak malam tanggal 21 Ramadhan, yakni setelah sholat Maghrib, hingga malam takbiran menjelang Idul Fitri.

2. Lailatul Qadar

Mengapa sepuluh malam terakhir? Karena pada malam-malam itu terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan yakni malam Lailatul Qadar. Allah SWT berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ۝ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۝ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ ۝ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ ۝ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5)

I’tikaf di sepuluh malam terakhir Ramadhan adalah bentuk usaha maksimal seorang hamba untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Karena tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan malam itu datang, maka Rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk meningkatkan ibadah dan beri’tikaf selama sepuluh malam terakhir, agar tidak terlewatkan malam penuh kemuliaan tersebut.

 

Keutamaan i’tikaf tidak hanya terletak pada harapan mendapatkan Lailatul Qadar, tetapi juga pada kesempatan mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati, dan menata kembali niat serta tujuan hidup. I’tikaf adalah waktu bagi seorang hamba untuk meninggalkan kesibukan dunia, menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan, dan hanya fokus kepada Allah SWT semata.

Selain itu, i’tikaf juga merupakan sarana muhasabah diri, menghisab segala dosa dan kesalahan, serta memperbaiki hubungan spiritual dengan Allah SWT. Orang yang beri’tikaf akan merasakan ketenangan jiwa, kejernihan pikiran, serta kelembutan hati, karena selama berdiam diri di rumah Allah, ia dipenuhi oleh dzikir, tilawah Alquran, sholat malam, dan doa-doa yang penuh harap.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ، وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ ٱلْقَدْرِ إِيمَانًا وَٱحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. Dan barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhāri, no. 2014; Muslim, no. 759)

Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat berharga. Melaksanakan i’tikaf di waktu tersebut berarti kita tengah mengikuti sunnah Nabi SAW, dan berusaha memperbaiki kualitas diri serta memperbanyak amal saleh di penghujung bulan suci Ramadhan. Wallahualam

Topik Menarik