Ini 4 Mindset Atur Keuangan Selama Ramadhan agar Tidak Boros!
JAKARTA - Bulan Ramadhan sering kali membuat pengeluaran meningkat tanpa disadari, mulai dari belanja takjil berlebihan hingga mengikuti terlalu banyak acara buka bersama. Jika tidak dikelola dengan baik, keuangan bisa goyah sebelum datang hari raya.
Fenomena ini terjadi karena pola pikir dalam mengatur keuangan masih kurang tepat. Banyak yang mengutamakan keinginan sesaat tanpa mempertimbangkan kondisi finansial setelah Lebaran. Padahal, Ramadhan bisa menjadi waktu yang tepat untuk menerapkan kebiasaan keuangan yang lebih bijak.
Melansir dari unggahan Instagram @ojkindonesia, berikut empat mindset yang bisa membantu menjaga kestabilan keuangan selama Ramadhan.
1. Berpikir untuk Jangka Panjang
Banyak orang langsung menghabiskan THR untuk membeli barang tanpa mempertimbangkan kondisi keuangan setelah Lebaran. Akibatnya, uang cepat habis, bahkan ada yang terpaksa berutang demi memenuhi keinginan sesaat.
Sebaliknya, mengalokasikan THR secara proporsional bisa membantu keuangan tetap aman hingga setelah Lebaran. Sebagian bisa digunakan untuk tabungan, membayar kebutuhan mendatang, dan berbagi dalam bentuk sedekah atau zakat.
Dengan cara ini, keuangan lebih stabil tanpa harus merasa kesulitan di akhir bulan Ramadhan. Kebiasaan ini juga membantu menciptakan pola pikir finansial yang lebih sehat dalam jangka panjang.
2. Kualitas Lebih Penting daripada Kuantitas
Membeli dalam jumlah banyak sering kali dianggap lebih menguntungkan, terutama saat ada diskon besar. Padahal, kebiasaan ini bisa menyebabkan pemborosan karena barang yang tidak terpakai hanya menjadi sia-sia.
Misalnya, banyak orang membeli takjil berlebihan saat lapar mata, tetapi akhirnya tidak habis dan terbuang. Begitu pula dengan pakaian murah yang cepat rusak karena hanya tergiur harga murah tanpa mempertimbangkan kualitas.
Pola pikir yang lebih bijak adalah mengutamakan kualitas daripada kuantitas dalam berbelanja. Membeli makanan berbuka yang cukup dan bergizi lebih bermanfaat daripada membeli berbagai jenis makanan yang akhirnya terbuang.
Hal yang sama berlaku untuk pakaian, lebih baik membeli sedikit tetapi berkualitas daripada banyak namun tidak tahan lama. Dengan begitu, pengeluaran tetap efisien tanpa mengorbankan kenyamanan dan manfaat jangka panjang.
3. Kendalikan Emosional Belanja
Banyak orang tidak sadar bahwa keputusan belanja mereka dipengaruhi oleh emosi, bukan kebutuhan. Saat Ramadhan, promosi dan diskon besar sering membuat orang tergoda untuk membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan.
Tanpa perencanaan yang matang, pengeluaran bisa membengkak dan membuat anggaran menjadi kacau. Padahal, belanja yang tidak terkendali hanya akan membawa penyesalan di kemudian hari.
Salah satu cara menghindari belanja emosional adalah dengan membuat daftar kebutuhan sebelum berbelanja. Dengan begitu, keputusan membeli lebih rasional dan tidak sekadar didorong oleh keinginan sesaat.
Selain itu, membatasi frekuensi berbelanja dan menunda pembelian bisa membantu mengontrol dorongan impulsif. Kebiasaan ini akan menjaga keuangan tetap aman selama Ramadhan tanpa rasa bersalah.
4. Berbagi sebagai Bentuk Investasi Kebaikan
Di bulan Ramadhan, berbagi bukan sekadar kewajiban, tetapi juga investasi dalam kebaikan. Sayangnya, masih banyak yang menganggap berbagi sebagai pengeluaran tambahan yang justru membebani keuangan.
Padahal, berbagi dalam bentuk zakat, sedekah, atau donasi bisa membawa manfaat jangka panjang. Seperti halnya mengelola keuangan untuk keuntungan di masa depan, berbagi juga memperluas berkah rezeki yang dimiliki.
Dengan menerapkan mindset ini, diharapkan pengeluaran selama Ramadhan bisa lebih terarah dan bermanfaat.