4 Alasan Mengapa Perempuan Lebih Rentan Alami Gangguan Mental Dibanding Laki-Laki

4 Alasan Mengapa Perempuan Lebih Rentan Alami Gangguan Mental Dibanding Laki-Laki

Gaya Hidup | okezone | Sabtu, 22 Maret 2025 - 06:23
share

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami gangguan mental dibandingkan laki-laki.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) dan berbagai penelitian epidemiologis, depresi lebih sering terjadi pada perempuan, dengan prevalensi hampir dua kali lipat dibandingkan laki-laki.

Bahkan, sebuah studi dari National Institute of Mental Health (NIMH) menunjukkan, perempuan memiliki risiko 60 lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan dibandingkan laki-laki.

Lantas, apa saja faktor yang menyebabkan perempuan lebih berisiko mengalami penyakit mental? 

Berikut ulasannya, melansir dari keterangan tertulis Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kemenkes, Imran Pambudi, dikutip Sabtu (22/3/2025).

1. Tingginya Beban Gangguan Mental pada Perempuan

Banyak perempuan di negara berkembang atau daerah terpencil kesulitan mengakses layanan kesehatan mental yang terjangkau. 

Pandemi telah meningkatkan prevalensi gangguan mental seperti kecemasan dan depresi hingga lebih dari 25 dalam tahun pertama pandemi. 

Perempuan, terutama mereka yang bekerja di sektor kesehatan atau sebagai pengasuh, menghadapi tekanan emosional yang lebih besar.

2. Ketidaksetaraan Gender dalam Layanan Kesehatan Mental

Masih banyak perempuan, terutama di negara berkembang, yang tidak memiliki akses memadai ke layanan kesehatan mental, baik karena hambatan ekonomi, stigma sosial, maupun ketimpangan struktural. 

Perempuan yang menghadapi stigma sosial, baik karena status sosial, pekerjaan, atau kondisi kesehatan mental mereka, sering kali merasa terisolasi. Hal ini memperburuk kondisi mental mereka dan menghambat pencarian bantuan.

3. Tingginya Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan berbasis gender meningkat selama pandemi, yang berdampak langsung pada kesehatan mental perempuan. 

Trauma yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi gangguan mental kronis. Jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat tiap tahunnya dan lebih 75 korbannya adalah perempuan. 

4. Dampak Stres Multi-Peran

Beban ganda atau bahkan multi-peran yang dijalankan perempuan membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan mental, termasuk kecemasan, depresi, dan kelelahan emosional. 

Ketidakpastian ekonomi global telah memperburuk stres pada perempuan, terutama mereka yang menjadi tulang punggung keluarga. 

Ketimpangan upah dan kehilangan pekerjaan juga meningkatkan risiko gangguan mental. Perempuan di komunitas rentan sering kali menjadi korban utama dampak perubahan iklim dan bencana alam. 

Trauma akibat kehilangan tempat tinggal atau sumber penghidupan dapat memicu gangguan stres pascatrauma (PTSD). 

Bencana banjir yang akhir-akhir ini terjadi di tanah air banyak berimbas pada ibu rumah tangga dengan segala kerepotannya selama banjir maupun pasca kejadian.

 

Solusi Mendukung Kesehatan Mental Perempuan

1. Peningkatan Akses ke Layanan Kesehatan Mental

Pemerintah dan organisasi non-pemerintah perlu menyediakan layanan kesehatan mental yang lebih mudah diakses, khususnya bagi perempuan di komunitas terpinggirkan. 

Pemerintah mempunyai target semua Puskesmas akan mampu memberikan layanan jiwa pada tahun 2027, saat ini baru 40 Puskesmas yang mampu memberikan layanan jiwa.

2. Penghapusan Stigma

Kampanye edukasi publik sangat penting untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental perempuan.

3. Pendekatan Holistik

Memperkuat kesejahteraan perempuan tidak hanya melalui layanan kesehatan mental, tetapi juga melalui pemberdayaan ekonomi, pendidikan, dan penguatan hak-hak perempuan.

4. Dukungan Sosial dan Komunitas

Membentuk komunitas yang mendukung dan program pemberdayaan perempuan dapat membantu mengurangi rasa isolasi sosial dan mendukung kesehatan mental mereka.

Hari Perempuan Sedunia 2025 yang jatuh pada 8 Maret kemarin juga menggarisbawahi pentingnya percepatan aksi dalam mengatasi tantangan kesehatan mental perempuan. 

Dengan fokus yang lebih mendalam dan komprehensif pada isu ini, kita dapat membantu menciptakan dunia yang lebih setara dan berdaya bagi semua Perempuan di Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Topik Menarik