Gencatan Senjata di Gaza Segera Dimulai, 33 Sandera Israel Akan Ditukar 737 Tahanan Palestina

Gencatan Senjata di Gaza Segera Dimulai, 33 Sandera Israel Akan Ditukar 737 Tahanan Palestina

Global | okezone | Minggu, 19 Januari 2025 - 09:45
share

KAIRO - Gencatan senjata di Gaza antara Israel dan Hamas akan mulai berlaku pada Minggu, (19/1/2025) pagi dengan pembebasan sandera menyusul beberapa jam kemudian. Gencatan senjata ini akan membuka jalan bagi kemungkinan berakhirnya perang di Gaza yang telah berlangsung selama 15 bulan dan menewaskan setidaknya 43.000 warga Palestina.

Pasukan Israel mulai mundur dari wilayah di Rafah, Gaza, ke koridor Philadelphia di sepanjang perbatasan antara Mesir dan Gaza, media pro-Hamas melaporkan pada Minggu pagi.

Perjanjian gencatan senjata tiga tahap ini terjadi menyusul negosiasi selama berbulan-bulan yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, dan terjadi menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada 20 Januari.

Pembebasan Sandera

Tahap pertama pertama gencatan senjata akan berlangsung selama enam minggu, di mana 33 dari 98 sandera yang tersisa - wanita, anak-anak, pria berusia di atas 50 tahun, yang sakit dan terluka - akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan dan tahanan Palestina.

Para sandera Palestina ini termasuk 737 tahanan pria, wanita, dan remaja, beberapa di antaranya adalah anggota kelompok militan yang dihukum karena serangan yang menewaskan puluhan warga Israel, serta ratusan warga Palestina dari Gaza yang ditahan sejak dimulainya perang.

 

Tiga sandera perempuan Israel diperkirakan akan dibebaskan pada Minggu sore melalui Palang Merah, dengan ganti masing-masing 30 tahanan Palestina.

Setelah pembebasan sandera Minggu, kepala negosiator AS Brett McGurk mengatakan, kesepakatan tersebut menyerukan pembebasan empat sandera perempuan lagi setelah tujuh hari, diikuti dengan pembebasan tiga sandera lainnya setiap tujuh hari setelahnya, demikian diwartakan Reuters.

Selama tahap pertama, tentara Israel akan mundur dari beberapa posisinya di Gaza dan warga Palestina yang mengungsi dari wilayah di Gaza utara akan diizinkan untuk kembali.

Tim Presiden AS Joe Biden bekerja sama erat dengan utusan Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, untuk mendorong kesepakatan tersebut.

Kesepakatan yang Rapuh

Menjelang pelantikannya, Trump telah mengulangi tuntutannya agar kesepakatan dilakukan dengan cepat, dan berulang kali memperingatkan bahwa akan ada "masalah serius" jika para sandera tidak dibebaskan.

Meskipun gencatan senjata ini bertujuan untuk mengakhiri sepenuhnya konflik di Gaza, kesepakatan ini bisa dengan mudah runtuh. Hamas, yang telah menguasai Gaza selama hampir dua dekade, telah bertahan meskipun kehilangan pimpinan puncaknya dan ribuan pejuang, sementara Israel telah bersumpah tidak akan membiarkan Hamas kembali berkuasa di daerah kantong Palestina tersebut.

Di Israel, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terjepit antara keinginan kelompok sayap kanan pemerintahannya untuk melanjutkan perang, dengan keinginan Washington, yang merupakan sekutu utama Tel Aviv, untuk menghentikan perang sepenuhnya. Satun hal yang jelas, jika perang berlanjutm puluhan sandera akan ditinggalkan di Gaza.

 

Perang tersebut dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan lebih dari 250 orang disandera, menurut penghitungan Israel. Lebih dari 400 tentara Israel telah tewas dalam pertempuran di Gaza sejak saat itu.

Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, operasi Israel selama 15 bulan di Gaza telah menewaskan hampir 47.000 warga Palestina, yang tidak membedakan antara pejuang dan warga sipil, dan membuat daerah kantong pantai yang sempit itu menjadi gurun puing-puing.

Pejabat kesehatan mengatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil. Israel mengatakan lebih dari sepertiganya adalah pejuang.

Topik Menarik