Krisis di Era Post-Truth: Pentingnya Komunikasi dalam Menyampaikan Kebenaran
JAKARTA - Dalam perkembangan teknologi, krisis komunikasi menjadi salah satu topik penting terutama di era Post-Truth. Era ini ditandai dengan kenyataan bahwa kebenaran sering kali dipertanyakan, dan opini lebih dihargai daripada fakta objektif. Dalam konteks ini, komunikasi krisis menjadi lebih kompleks, karena menyangkut bukan hanya cara informasi disampaikan, tetapi juga bagaimana audiens meresponsnya.
Rektor Universitas Pancasila Marsudi Wahyu Kisworo mengatakan, krisis terjadi setiap saat dan dimanapun, baik krisis karena bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia. Oleh karena itu, membutuhkan penanganan komunikasi yang tepat, baik sebelum, saat, maupun setelah krisis terjadi.
Dia juga menambahkan bahwa penting untuk memiliki program studi yang fokus pada komunikasi krisis, seperti program S2 yang telah dirikan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan para ahli komunikasi yang terampil menangani berbagai jenis krisis.
"Biasanya, ketika terjadi krisis, orang cenderung panik. Dalam kondisi panik, objektivitas sering kali hilang dan kebenaran menjadi kabur. Di sinilah pentingnya ahli komunikasi yang dapat mengelola informasi dengan baik," ucapnya, Selasa (24/12/2024).
- Pentingnya Ilmu Komunikasi
Di era digital ini, teknologi sering dianggap sebagai pengganti manusia dalam banyak sektor pekerjaan. Namun, ia menegaskan bahwa komunikasi adalah salah satu bidang yang tetap membutuhkan keterlibatan manusia.
"Semua bidang komunikasi, mulai dari jurnalistik hingga humas, tetap harus dilakukan oleh manusia, apalagi dalam situasi krisis. Ketika manusia dalam keadaan tidak normal, seperti saat krisis, komunikasi harus melibatkan unsur manusiawi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi. Komunikasi saat krisis melibatkan interaksi fisik dan emosional yang sangat penting, yang tidak dapat dipenuhi oleh teknologi," ucapnya.
Dia juga menyentuh tentang pentingnya teori komunikasi yang sering diabaikan dalam praktik modern. "Komunikasi itu bukan hanya tentang pengiriman pesan melalui media, tetapi juga tentang keberadaan manusia. Contohnya, jika saya berbicara di televisi, itu berbeda dengan berbicara langsung di depan audiens. Ada elemen 'presence' atau keterhadiran manusia yang tak bisa digantikan oleh teknologi," jelasnya.
Hal ini semakin relevan ketika berbicara mengenai krisis yang terjadi dalam era post-truth, di mana informasi bisa sangat terdistorsi. Pentingnya komunikasi dalam mengelola krisis di era post-truth ini tidak bisa dianggap remeh. Dapat ditekankan bahwa ketika informasi yang salah beredar, sangat diperlukan ahli komunikasi yang dapat menanggapi dengan cepat dan tepat, agar masyarakat tidak terjebak dalam kebingungannya.
- Peluncuran Program Magister Media & Komunikasi
Dengan perkembangan tersebut, Universitas Pancasila meresmikan Program Magister Media & Komunikasi yang menawarkan konsentrasi khusus dalam Komunikasi Krisis, yang menjadi unggulan utama. Dengan konsentrasi tersebut, Fikom UP bertujuan untuk menyiapkan para profesional komunikasi yang memiliki kemampuan untuk menangani krisis, terutama di tengah tantangan zaman digital yang semakin kompleks.
Pendirian program studi ini merupakan hasil dari pemikiran panjang dan analisis terhadap tantangan komunikasi yang seringkali muncul dalam kondisi darurat. Fikom UP menilai bahwa dalam era keterhubungan global saat ini, krisis bisa berkembang dengan sangat cepat, baik itu karena bencana alam, konflik sosial, maupun kesalahan manajerial yang memicu gangguan komunikasi. Dengan semakin pentingnya komunikasi yang efektif dalam menghadapi krisis, hadirnya program ini diharapkan dapat memberikan solusi bagi tantangan komunikasi yang terus berkembang.
Program Magister Media & Komunikasi ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai komunikasi, baik dari segi teori maupun praktik, dengan penekanan khusus pada keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani situasi krisis. Fokus utama dari konsentrasi Komunikasi Krisis adalah mempersiapkan mahasiswa untuk mengelola komunikasi dalam tiga tahapan utama: sebelum krisis (pra-krisis), selama krisis (komunikasi krisis), dan pasca-krisis (evaluasi dan perbaikan). Melalui pendekatan ini, mahasiswa akan dibekali dengan kemampuan untuk merancang strategi komunikasi yang efektif, bahkan dalam kondisi paling mendesak sekalipun.
Dengan demikian, peluncuran program studi ini menjadi salah satu langkah strategis bagi Fikom UP untuk terus berinovasi dan mencetak generasi profesional yang siap mengatasi berbagai tantangan komunikasi di era digital. Program ini tidak hanya akan memperkaya dunia pendidikan komunikasi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan komunikasi organisasi dalam menghadapi krisis.