Harta Kekayaan Bashar Al-Assad, Punya 200 Ton Emas

Harta Kekayaan Bashar Al-Assad, Punya 200 Ton Emas

Terkini | okezone | Rabu, 18 Desember 2024 - 21:05
share

JAKARTA - Harta kekayaan Bashar Al-Assad yang selama ini akrab dengan tampilan sederhana, ternyata tajir melintir. Setelah dilengserkan pada 8 Desember lalu, kehidupan mewahnya mulai terlihat dan mengejutkan banyak pihak di tengah penderitaan rakyat Suriah.

Kekayaan keluarga Assad tidak hanya berasal dari sumber-sumber resmi, tetapi juga melalui sistem keuangan yang dirancang untuk menyembunyikan aset dan menghindari sanksi internasional. Laporan Departemen Luar Negeri AS tahun 2022 mencatat bahwa keluarga Assad menggunakan perusahaan cangkang, kepemilikan real estat, dan rekening luar negeri untuk melindungi kekayaan mereka.

Sebagian besar aset keluarga Assad tersebar di luar negeri, terutama di London, Moskow, dan Dubai. Investigasi berdasarkan Panama Papers pada 2016 menunjukkan bagaimana keluarga Assad memanfaatkan perusahaan lepas pantai untuk memfasilitasi transaksi gelap. Salah satu contoh mencolok adalah istri Bashar Al-Assad, Asma, yang diketahui memesan barang-barang mewah seperti perhiasan desainer di tengah kondisi rakyat Suriah yang menghadapi kelaparan akibat konflik.

Keluarga Assad memiliki kendali besar atas sektor-sektor utama ekonomi Suriah, termasuk telekomunikasi, perbankan, minyak, dan real estat. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia memperkirakan nilai aset yang dikuasai keluarga Assad mencapai £45-95 miliar atau setara dengan Rp758,25 - 1.600,75 triliun (Rp16,850 per Euro).

Investigasi mengungkapkan bahwa keluarga Assad kemungkinan mengendalikan aset sekitar USD16 miliar, termasuk 200 ton emas dan miliaran euro. Jumlah ini setara dengan anggaran nasional Suriah selama hampir tujuh tahun, berdasarkan angka tahun 2023.

Selain sumber pendapatan legal, mereka juga terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal, seperti perdagangan narkoba, penyelundupan dan perdagangan senjata dan pemerasan dan perlindungan. Rezim Assad memungut biaya besar dari perusahaan lokal dan asing untuk “perlindungan” terutama di zona konflik.

Topik Menarik