Komdigi Paparkan Peran Indonesia Bagi Negara Asia-Afrika untuk Persoalan Global
KUPANG — Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) mengadakan acara Forum Literasi Politik Hukum dan Keamanan Digital (Firtual) dengan tema “Peran High Level Forum Multi Stakeholder Partnership (HLF MSP) dan Indonesia Africa Forum (IAF) Ke-2 dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) dan Meningkatkan Solidaritas Global Indonesia” di Universitas Nusa Cendana (Undana), Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.
Mewakili Direktur Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan Keamanan Dirjen IKP Kementerian Komdigi, Filmon Leonard Warouw selaku Fungsional Penerjemah Ahli Madya Dirjen IKP Komdigi menyatakan bahwa Indonesia telah mendapatkan hasil-hasil positif dalam dua pertemuan besar baru-baru ini yakni, High Level Forum Multi Stakeholder Partnership (HLF MSP) dan Indonesia Africa Forum (IAF) Ke-2.
“Acara HLF MSP ini bertujuan untuk mempertemukan para akademisi NGO, ahli ekonomi, LSM serta negara-negara perwakilan untuk memecahkan berbagai macam masalah serta mempercepat SDGs (Sustainable Development Goals) atau target-target pembangunan yang berkelanjutan,” jelas Filmon dalam kata sambutannya.
“Kemudian ada juga Indonesia Africa Forum yang merupakan salah satu bentuk dari kerjasama kita yang sudah diawali sejak Konferensi Asia Afrika (KAA). KAA pertama kali diadakan di Bandung pada tahun 1955 dan bertujuan untuk menyatukan negara-negara berkembang dan baru merdeka untuk mengejar ketertinggalan ekonomi dan membangun kerjasama politik,” tambahnya kemudian.
Menurut Filmon acara ini diadakan untuk mensosialisasikan hasil dari dua pertemuan besar itu, yang akan dikupas kuntas oleh para narasumber yang telah diundang untuk memberikan penjelasan terkait keberhasilan-keberhasilan Indonesia dalam forum-forum tersebut. Selain itu kota Kupang dipilih karena lokasinya berdekatan dengan negara Timor-Leste dan Australia yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan membuka peluang kerja sama ekonomi.
Adapun narasumber yang diundang untuk hadir dalam acara ini antara lain yaitu, Hendra Wahanu Prabandani, (Direktur Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional), Petrus Ana Andung, (Koordinator Program Studi Pasca Sarjana (S2) Ilmu Komunikasi, Fisip Undana), serta Bulan Sulla (Influencer).
Menurut Hendra Wahanu Prabandani, pertemuan HLF MSP dan IAF ke-2 yang diadakan secara bersamaan di Nusa Dua, Bali pada tanggal 1-3 September yang lalu tersebut memiliki latar belakang untuk mengangkat kembali semangat Konferensi Asia Afrika atau Bandung Spirit.
“Di mana Indonesia pada tahun 1955 berhasil menjadi pemimpin bagi negara-negara Asia dan Afrika atas semangat solidaritas yang saat itu diangkat dalam rangka untuk mengatasi persoalan kolonialisme yang masih dialami oleh negara-negara Asia dan Afrika pada saat itu,” ungkap Hendra.
Lebih jauh Hendra menyebutkan bahwa dalam pertemuan HLF MSP dan IAF ke-2 ini dibahas tiga tema penting yaitu, terkait dengan bagaimana memperkuat kerjasama selatan-selatan dan triangular, isu tentang Sustainable Development Goals (SDGs) serta isu penting tentang Innovative Financing.
“Pertemuan kemarin menghasilkan Chair’s Summary sebagai rekomendasi konkrit dari Indonesia untuk memecahkan isu atau persoalan global. Dan kemarin beberapa hasil dari HLF MSP ini menjadi masukan dalam Forum Summit of the Future di UN General Assembly sebulan yang lalu,” ujar Hendra.
“Kemudian pertemuan di tiap sesi juga menghasilkan kesepakatan-kesepakatan yang akan ditindak lanjuti kedepan,” sambungnya.
Hendra juga menyebutkan bahwa pertemuan ini memberikan sejumlah dampak seperti memperkuat citra positif Indonesia dalam hal kepemimpinannya di negara-negara berkembang (global south), pertemuan ini juga membuka banyak peluang pasar baru bagi pelaku usaha serta memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian masyarakat di Bali.
“Indonesia juga mendapatkan apresiasi dari seluruh kepala negara yang hadir, terutama dalam hal menyatukan suara dari negara-negara berkembang dalam rangka mempromosikan solidaritas atau kesetaraan dan keadilan dalam kerjasama dengan negara maju serta memperkuat kerjasama multi-pihak,” ungkap Hendra.
Berbicara dalam perspektif Ilmu Komunikasi, Petrus Ana Andung menyatakan bahwa Indonesia setidaknya memiliki dua peran penting dalam pertemuan HLF MSP dan IAF ke-2 tersebut.
BPBD Grobogan Mulai Perbaiki Jalan Miring di Desa Bangsri Geyer Dengan Pemasangan Bronjong
“Peran Indonesia dalam konteks dua forum ini yang pertama adalah menjadi bridge builder dalam memperjuangkan kesetaraan, keadilan dan solidaritas dalam mempercepat pencapaian SDGs,” ungkap Petrus.
“Selain itu Indonesia juga berperan sebagai promotor yang aktif terlibat dalam kerjasama Selatan-Selatan,” tambahnya.
Menurut Petrus kedua peran yang dimainkan Indonesia di kedua forum tersebut nantinya akan memperkuat diplomasi publik internasional Indonesia, kemudian pendekatan idealistic-humanistic akan menggambarkan komunikasi internasional Indonesia dalam mendudukkan Indonesia sebagai bangsa dan negara berdaulat di mata Internasional, serta membangun komunikasi strategis dalam kerjasama ekonomi.
Sementara itu berbicara sebagai generasi muda, Bulan Sulla yang tampil sebagai pembicara terakhir menekankan tentang pentingnya peran generasi muda terutama dalam konteks penyebaran informasi terkait pertemuan HLF MSP dan IAF ke-2.
“Sebagai anak muda kita memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia maya yang dapat mempengaruhi opini-opini publik dan membawa perubahan sosial dengan apa yang kita share,” ujar Bulan.
“Saya percaya bahwa kita anak muda dapat menyebarluaskan berbagai isu-isu terbaru tentang negara kita hingga ke luar negeri. Adalah langkah yang sangat bagus apabila kita sebagai anak muda turut berperan dalam penyebaran informasi positif untuk meningkatkan solidaritas global Indonesia,” imbuhnya.
Acara Forum Literasi Politik, Hukum dan Keamanan Digital (Firtual) kali ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Bandung Spirit dan perannya dalam menghadapi tantangan global, menyediakan platform bagi masyarakat untuk diskusi mengenai solusi inovatif yang dapat diterapkan dalam konteks keberlanjutan dan digitalisasi dan juga memberikan edukasi untuk mengambil tindakan konkret dalam mendukung inisiatif keberlanjutan dan memanfaatkan teknologi digital.