Peristiwa 3 Oktober: Jenazah 7 Pahlawan Revolusi Ditemukan di Lubang Buaya

Peristiwa 3 Oktober: Jenazah 7 Pahlawan Revolusi Ditemukan di Lubang Buaya

Nasional | okezone | Kamis, 3 Oktober 2024 - 05:00
share

JAKARTA – Berbagai peristiwa penting dan bersejarah terjadi pada 3 Oktober. Untuk mengingatnya kembali, Okezone merangkum beberapa peristiwa yang terjadi 3 Oktober mengutip dari Wikipedia, sebagai berikut ini:

1890 - Asteroid 300 Geraldina ditemukan oleh Auguste Charlois 300 Geraldina adalah asteroid sabuk utama yang ditemukan Auguste Charlois pada 3 Oktober 1890 di Nice, Prancis.

1965 - 7 Mayat Pahlawan Revolusi ditemukan di Lubang Buaya

Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana (Tjakrabirawa) yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol Untung.

Mereka yang menjadi korban adalah Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani; Mayor Jenderal Raden Soeprapto; Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono; Mayor Jenderal Siswondo Parman; Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan; Brigadir Jenderal Sutoyo Siswodiharjo; serta Lettu Pierre Andreas Tendean.

Jenazah mereka ditemukan masyarakat dan tentara di sebuah sumur yang sebelumnya ditanam pohon pisang pada 3 Oktober 1965.

1981 - Hari Kelahiran Zlatan Ibrahimovic

Zlatan Ibrahimovi? lahir di Malmö, Skåne län, Swedia, 3 Oktober 1981. Ia adalah pemain sepak bola asal Swedia yang kini bermain untuk klub Italia, AC Milan.

 

1998 - Sri Sultan Hamengkubuwono X menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta gantikan Sri Paku Alam VIII. Setelah Paku Alam VIII wafat, dan melalui beberapa perdebatan, pada 1998 Sri Sultan Hamengkubuwono X ditetapkan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan 1998-2003.

Dalam masa jabatan ini Hamengkubuwono X tidak didampingi Wakil Gubernur. Pada tahun 2003 ia ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa jabatan 2003-2008. Kali ini ia didampingi Wakil Gubernur yaitu Paku Alam IX. Sebagai Gubernur, ia tidak menguber penghargaan dan piagam pengakuan. Menurutnya, peradaban kota memerlukan sentuhan kasih dan hati nurani.

Topik Menarik