Viral Video Mesum Guru dan Siswa di Gorontalo, Psikolog: Ini Sexual Grooming

Viral Video Mesum Guru dan Siswa di Gorontalo, Psikolog: Ini Sexual Grooming

Terkini | okezone | Sabtu, 28 September 2024 - 14:22
share

Dalam kasus video mesum antara guru dan siswi di Gorontalo, ternyata pelaku berinisial DH (57) memanfaatkan siswinya yang seorang yatim piatu. Pelaku menjalin asmara dan memberikan segala perhatian kepada siswinya itu.

Tak hanya itu, pelaku juga kerap membantu siswi tersebut. Karena merasa diayomi, dibantu, dan diperhatikan, korban pun merasa nyaman hingga terjadi tindakan asusila tersebut.

Hal yang dilakukan oleh pelaku disebut juga dengan sexual grooming. Lantas apakah sexual grooming itu?

Psikolog Klinis, Meity Arianty menjelaskan grooming dapat terlihat seperti hubungan yang erat antara orang dewasa dan anak sehingga jika disebut Child grooming.

"Perilaku membangun hubungan emosional dengan anak di bawah umur dengan tujuan pelecehan seksual," ujar Meity saat dihubungi MNC Portal melalui pesan singkat, Sabtu (28/9/2024).

Dilansir dari WebMD, biasanya sasaran pelaku grooming adalah anak-anak di bawah umur, remaja atau orang dewasa yang rentan. Pelakunya sendiri bisa anggota keluarga, teman, rekan kerja, hingga orang asing.

Tahapan Perilaku Sexual Grooming

Ada beberapa tahapan yang dilakukan perilaku sexual grooming. Tentunya hal itu tidak dilakukan secara singkat, membutuhkan waktu panjang hingga korban luluh dan merasa nyaman.

1. Memilih korban

Biasanya pelaku akan mengincar salah satu korban dan mengamati dari jauh. Mereka memilih korban berdasarkan betapa mudahnya menghubungi mereka atau seberapa rentannya mereka. Misalnya, seorang perawat mungkin menargetkan anak yang tidak didampingi orang dewasa. 

 

2. Berusaha mendapatkan akses ke korban dan mulai membangun kepercayaan

Pelaku akan mulai mencoba menjadi teman dan mengajak ngobrol. Pelaku akan menunjukkan pesonanya agar korban merasa nyaman. Kemudian pelaku mulai membangun kepercayaan korban dengan memberi pujian, memberi perhatian, memberi hadiah, dan membahas hal-hal personal lainnya.

3. Mengisolasi korban

Saat pelaku sudah mendapatkan kepercayaan korban, mereka akan mulai menjauhkan korban dari keluarga dan orang-orang terdekatnya. Cara ini memberi kesempatan bagi pelaku sexual grooming untuk menjadi satu-satunya orang yang bisa diandalkan korban.

4. Menormalisasi sentuhan seksual

Setelah korban masuk dalam sasarannya, pelaku sexual grooming mulai menyentuh korban secara seksual. Awalnya, pelaku akan melakukan sentuhan-sentuhan di bagian tubuh korban yang sensitif. Selain itu, pelaku akan meminta korban untuk mengambil foto atau video seksual.

 

5. Memanipulasi korban

Akhirnya pelaku akan memanfaatkan Anda dengan cara apapun agar keinginan seksnya bisa terpenuhi. Misalnya Pelaku mungkin menuntut atau memaksa korban untuk melakukan hubungan seksual. Tak jarang pelaku sexual grooming menggunakan kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Lantas bagaimana agar terhindar dari sexual grooming?

Menurut Meity, agar terhindar dari grooming diperlukan seks edukasi bagi setiap anak dan remaja. Dengan begitu mereka tahu mana hal-hal yang harus dijaga dalam tubuhnya.

"Terus juga diberikan pemahaman dan cara bagaimana menghindari orang dewasa yang memberikan tanda-tanda yang memiliki niat melakukan perbuatan yang mengarah ke seksual," jelasnya.

Kemudian juga bekali anak atau remaja cara mencegah sebelum menghindar dari orang dewasa yang dirasa memiliki niat ke arah secara seksual. Penting mengajarkan remaja untuk menceritakan apa yang dialami kepada orang dipercaya, baik sahabat,teman atau keluarga.

"Jadi jika bertemu atau berinteraksi dengan orang dewasa yang ingin memanfaatkan, ada orang lain yang mengetahui sehingga dapat memberikan saran atau membantu jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan," tutup Meity.

Topik Menarik