SPECIAL REPORT: Fenomena Mental Health Bayangi Gen Z

SPECIAL REPORT: Fenomena Mental Health Bayangi Gen Z

Terkini | okezone | Minggu, 22 September 2024 - 08:36
share

Generasi Zoomers atau biasa disigkat Gen Z, merupakan mereka yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan teknologi dan akses informasi tanpa batas.

Meski mendapat informasi tanpa batas, ternyata tidak semata-mata mereka memiliki kehidupan yang lebih baik. Faktanya, generasi ini memiliki tingkat depresi yang cukup tinggi.

Berdasarkan survei yang dilakukan Pew Research Center pada 2018, terdapat 70 persen remaja dari berbagai kalangan yang mengatakan bahwa mereka mengalami kecemasan dan depresi. Beberapa penyebab yang membuat generasi ini mengalami kesehatan mental atau mental health karena depresi yang cukup tinggi.

Berikut penyebab Gen Z lebih mudah terkena mental health:

1. Kesulitan Bersosialisasi Secara Langsung

Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu memaksa semua orang harus bersosialisasi secara daring. Hal tersebut mengubah kebiasaan Gen Z menjadi lebih nyaman berkomunikasi lewat daring daripada harus bertemu langsung dengan orang lain.

Kebiasaan ini ternyata menimbulkan kecenderungan buruk atau tidak sehat. Kurangnya keterhubungan langsung ini membuat mereka kesulitan berinteraksi dengan orang lain secara langsung. Akibatnya mereka cenderung merasa kesepian dan beresiko mengalami depresi.

Bonnie Nagel, seorang ahli saraf perilaku di Oregon Health & Science University, mengatakan, interaksi tatap muka dapat meningkatkan suasana hati dengan melepaskan zat kimia tertentu di otak, yang tidak terjadi saat berkomunikasi secara daring.

2. Pengaruh Media Sosial

Menurut laporan Gallup dan Walton Family Foundation 2024, hanya sekira 47 persen Gen Z merasa mengalami perkembangan dalam hidup mereka. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya pengaruh media sosial.

Terapis dari Los Angeles Alyssa Mancao mengatakan bahwa Gen Z adalah generasi yang tumbuh dengan internet dan mereka sering melakukan perbandingan. Mereka cenderung membandingkan segala sesuatu seperti penampilan fisik hingga karier mereka dengan para influencer yang ada di media sosial. Ini membuat mereka merasa tidak percaya diri dan kesulitan menemukan jati diri mereka.

3. Pola Asuh yang Terlalu Melindungi (Overprotective)

Sebagai orangtua, sudah selayaknya melindungi anaknya dengan cara apa pun. Meski demikian, apabila berlebihan malah membuat berbahaya. Ketidakmampuan menghadapi masalah tanpa bantuan orangtua, dapat menimbulkan rasa rendah diri dan kecenderungan depresi.

Sementara itu, survei McKinsey Health Institute terhadap 42 ribu responden di 26 negara menunjukkan bahwa Gen-Z lebih sering melaporkan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Faktor-faktor seperti krisis keuangan, perubahan iklim, serta dampak pandemi Covid-19 memperburuk kondisi mental mereka.

Meski demikian, kebanyakan dari mereka kesulitan untuk mendapat akses pelayanan kesehatan mental. Melansir dari Think Global Health, laporan RAND Corporation mencatat bahwa pengeluaran untuk layanan kesehatan mental meningkat 53 persen sejak Maret 2020 hingga Agustus 2022.

Ini menyebabkan banyak orang enggan mencari perawatan karena biaya yang tidak terjangkau. Data dari Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba dan Kesehatan (NSDUH) menunjukkan hampir 60 persen orang dewasa yang membutuhkan perawatan tidak dapat mengaksesnya karena biaya.

Topik Menarik