Kemenag Dorong Generasi Muda Terapkan Nilai Deklarasi Istiqlal Lewat Budaya

Kemenag Dorong Generasi Muda Terapkan Nilai Deklarasi Istiqlal Lewat Budaya

Nasional | okezone | Rabu, 26 Februari 2025 - 16:24
share

JAKARTAKementerian Agama (Kemenag) menggelar Ngaji Budaya bertajuk “Deklarasi Istiqlal dalam Perspektif Budaya” di Auditorium HM. Rasjidi, Jakarta, Rabu (26/2/2025). Kegiatan ini mengajak masyarakat menerapkan nilai-nilai Deklarasi Istiqlal melalui pendekatan budaya sebagai bagian dari penguatan moderasi beragama.

Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, mengatakan, kegiatan ini untuk mendorong pelestarian budaya Islam di Nusantara sebagai warisan intelektual dan spiritual yang sejalan dengan prinsip-prinsip Deklarasi Istiqlal dalam menjaga keberagaman dan memperkokoh identitas keislaman yang moderat.

"Oleh karena itu, Ngaji Budaya hadir sebagai ruang dialog dan edukasi untuk membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga dan mengembangkan budaya Islam yang rahmatan lil ‘alamin," ujarnya.

Akademisi dan filolog Oman Fathurrahman, menegaskan bahwa pesan moral dalam Deklarasi Istiqlal menekankan pentingnya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan di tengah keberagaman.

"Kerukunan umat beragama harus dimaksudkan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat luhur kemanusiaan, meski saling berbeda," ujar Oman.

Ia menambahkan bahwa nilai-nilai agama seharusnya menjadi solusi atas terjadinya kejahatan kemanusiaan dan kerusakan lingkungan.

Oman mengajak para pemuka agama, umat beragama, dan santri untuk terlibat aktif dalam isu perubahan iklim dan peduli terhadap lingkungan. "

Tanggung jawab moral kita sebagai umat beragama adalah memastikan bahwa bumi tetap lestari untuk generasi mendatang," tegasnya.

Dalam rangka mewujudkan pesan Deklarasi Istiqlal melalui kebudayaan, Oman mengusulkan tiga langkah strategis. Pertama, penguatan literasi keagamaan berbasis budaya dengan memperdalam bacaan dan literasi keagamaan melalui tradisi serta artefak budaya Nusantara.

 

“Kedua, memperbanyak dialog lintas agama dan budaya guna menekankan persamaan daripada mempermasalahkan perbedaan. Ketiga, melestarikan tradisi dan artefak budaya yang bernafaskan agama sebagai cerminan bagaimana umat menghayati dan mengekspresikan ajaran agamanya,”pungkasnya.

Di tempat yang sama, Susi Ivvaty dari Lesbumi NU menyoroti bagaimana Islam di Nusantara berkembang dalam harmoni dengan budaya lokal. Ia menjelaskan bahwa kebudayaan Islam Nusantara merujuk pada pengembangan Islam di wilayah kepulauan Nusantara, termasuk Indonesia, Malaysia, Brunei, serta sebagian Filipina dan Thailand Selatan.

"Islam di Nusantara tidak hadir dalam ruang hampa, melainkan beradaptasi dengan tradisi lokal dan budaya pribumi setempat," ujarnya.

Menurutnya, proses akulturasi ini melahirkan toleransi, inklusivitas, dan harmoni antara Islam dan budaya-budaya lokal.

Islam di Nusantara telah membuktikan bahwa agama dan budaya bisa berjalan beriringan tanpa harus saling menegasikan," pungkasnya.

Topik Menarik