Kisah Kerajaan Sunda, Ibu Kota Pindah Setiap Ganti Raja

Kisah Kerajaan Sunda, Ibu Kota Pindah Setiap Ganti Raja

Nasional | okezone | Selasa, 3 September 2024 - 05:40
share

PERSETERUAN dan seringnya pergantian kekuasaan membuat ibu kota kerajaan di tanah Sunda sering berpindah-pindah. Pemindahan ibu kota kerap terjadi saat raja baru memerintah, karena adanya ketakutan diserbu oleh musuh dan pemberontakan kembali.

Berpindah-pindahnya ibu kota kerajaan ini bahkan sudah terjadi saat antara Sunda dan Galuh masih berdiri sendiri-sendiri sebagai kerajaan. Pada catatan sejarah, Kerajaan Galuh pernah memindahkan ibu kota pada 852 Masehi.

Kala itu keturunan Banga-lah yakni Rakryan Wuwus, yang menguasai Galuh dan beristrikan puteri Raja Galuh. Sebaliknya adik perempuan Rakeyan Wuwus menikah dengan putra Galuh yang kemudian menggantikan kedudukan iparnya sebagai raja Sunda IX dengan gelar Prabu Darmaraksa Buana. 

Dikutip dari buku "Menemukan Kerajaan Sunda", dari Saleh Danasasmita, kehadiran orang Galuh sebagai raja Sunda di Pakuan waktu itu belum dapat diterima secara umum. Sama halnya dengan kehadiran Sanjaya dan Tamperan sebagai orang Sunda di Galuh. Hal ini berujung pembunuhan Prabu Darmaraksa oleh seorang Menteri Sunda yang fanatik. 

Tiap raja Sunda yang baru selalu memperhitungkan tempat kedudukan yang akan dipilihnya menjadi pusat pemerintahan. Hal ini memuat pusat pemerintahan selalu berpindah-pindah dari barat ke timur dan sebaliknya. 

 

Bahkan, antara tahun 895 sampai 1311 kawasan Jawa Barat diramaikan sewaktu-waktu oleh iring - iringan rombongan raja baru yang pindah tempat. Ayah Sri Jayabupati berkedudukan di daerah Galuh, Sri Jayabupati di Pakuan, tetapi putranya berkedudukan di Galuh lagi. 

Dua raja berikutnya yaitu raja Sunda ke-22 dan ke-23 memerintah di Pakuan. Tapi raja ke-24 memerintah di Galuh dan raja ke-25 yaitu Prabu Guru Darmasiksa mula-mula berkedudukan di Saunggalah, kemudian berpindah ke Pakuan. 

Putranya Prabu Ragasuci berkedudukan di Saunggalah dan dipusarakan di Taman, Ciamis. Betapa pun repotnya hal itu menurut pandangan kita, namun pengaruhnya positifnya jelas dalam hal pemantapan etnik di Jawa Barat. Di antara Galuh dengan Sunda memang terdapat kelainan dalam tradisi. 

Bahkan, ada yang menyebut, Orang Galuh itu seperti orang air, sedangkan orang Sunda itu orang gunung, yang satu memiliki mitos buaya, yang satunya mitosnya harimau. Bahkan, secara tradisi penyemayaman jenazah pun berbeda - beda. 
 

Topik Menarik