Kisah Hoegeng Kemalingan Seragam Kapolri, Malah Tertawa Terbahak-bahak

Kisah Hoegeng Kemalingan Seragam Kapolri, Malah Tertawa Terbahak-bahak

Nasional | okezone | Sabtu, 24 Agustus 2024 - 07:09
share

JAKARTA - Jenderal Hoegeng adalah sosok polisi yang dikenal jujur dan tidak punya kekayaan apa-apa hingga menjadi Kapolri . Apalagi rekening gendut di bank.

Dirinya hanya memiliki sebuah kebanggaan dan kehormatan bahwa bisa menjaga integritasnya sebagai polisi yang sederhana dan jujur.

Suatu ketika, ada maling yang menyatroni rumah Hoegeng di Jalan Madura, Menteng. Maling itu masuk dengan meloncat dari tembok belakang rumah Hoegeng yang saat itu menjabat sebagai Kapolri.

Tentu saja sang maling mengira Hoegeng punya banyak harta. Namun, ternyata tidak ada sama sekali.

"Pencuri hanya berhasil membawa baju seragam Kapolri Papi yang baru dijemur. Waktu itu, (di) baju seragam Papi masih menempel tanda-tanda kepangkatannya, yang baru selesai dibraso oleh Pak Pardi, staf ajudan Papi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono.

Bukannya marah saat dilaporkan adanya pencurian itu, pria bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso ini justru tertawa terbahak-bahak.

"Mungkin dikiranya baju itu penuh emas ya, padahal itu cuma logam yang tiap hari digosok," kata Hoegeng.

Didit mengungkapkan kehidupan ekonomi keluarga hanya ditopang dari gaji ayahnya sebulan dan tunjangannya sebagai menteri atau Kapolri. "Meskipun Papi pernah menjadi menteri dan Kapolri, kami hidup dalam ekonomi pas-pasan. Bahkan, adakalanya kekurangan. Kami hanya punya rumah, itu pun masih disewa dengan membayar uang bulanan," ujar Didit.

Sejak berhenti sebagai Kapolri hingga 2001, uang pensiunan Hoegeng hanya Rp10.000 per bulan.

"Namun Papi hanya menerima Rp7.500 setiap bulannya karena dipotong ini-itu. Baru pada tahun 2001, ada perubahan surat keputusan pensiun sehingga pensiun Papi naik menjadi Rp1.170.000 per bulan. Akan tetapi, setelah Papi meninggal pada tahun 2004, Mami hanya menerima separuhnya karena Mami pensiunan janda Kapolri," ungkap Didit.

Ketika menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada 1966, Hoegeng pernah punya seorang sekretaris yang sangat loyal dan mengabdi. Namanya Soedharto Martopoespito atau akrab disapa Dharto.

Menurut Dharto, Hoegeng saat menjabat Menteri Iuran Negara juga tak mau mengumpulkan harta kekayaan bagi keluarga. Sikap Hoegeng tersebut membuat kehidupan sehari-hari dan keluarganya tetap bersahaja.

Topik Menarik