20 Insinyur dan Ilmuwan Terkemuka China Meninggal sejak Pembatasan Covid Dicabut Bulan Lalu

20 Insinyur dan Ilmuwan Terkemuka China Meninggal sejak Pembatasan Covid Dicabut Bulan Lalu

Nasional | BuddyKu | Minggu, 8 Januari 2023 - 19:40
share

BEIJING, iNews.id Dua puluh insinyur dan ilmuwan terkemuka dari Akademi Teknik China meninggal kurang dari sebulan setelah pencabutan pembatasan Covid-19, Desember lalu. Jumlah tersebut lebih tinggi dari rata-rata kematian tahunan di kalangan akademisi negeri tirai bambu.

Akademi Teknik China adalah salah satu institusi akademik terkemuka di Tiongkok, dan juga menjadi sekolah teknik paling bergengsi. Perguruan tinggi itu memiliki lebih dari 900 pengajar, yang telah berpartisipasi di hampir semua megaproyek China, termasuk bendungan pembangkit listrik tenaga air Three Gorges yang terbesar di dunia, selain jaringan kereta api berkecepatan tinggi dan Stasiun Ruang Angkasa Tiangong.

South China Morning Post (SCMP) pada Sabtu (1/7/2023) melansir, sebanyak 20 orang anggota akademi itu telah meninggal antara 15 Desember dan 4 Januari. Sementara pada 2017-2020, terdapat rata-rata 16 ilmuwan yang meninggal di China per tahun. Bahkan pada 2021, ketika pandemi Covid-19 mencapai puncak wabah yang mematikan, hanya ada 13 akademisi meninggal di negara itu.

Anggota akademi termuda yang meninggal pada Desember lalu adalah fisikawan berusia 77 tahun Ti Tianchu, yang memiliki spesialisasi dalam jam atom. Sementara ilmuwan tertua yang tutup usia adalah Zhang Jinzhe pada umur 102 tahun. Dia adalah pemdiri departemen bedah anak pertama di China di rumah sakit Universitas Peking pada 1950.

Selain kedua orang di atas, China juga kehilangan seorang kepala insinyur program reaktor nuklir cepat, seorang perancang serat optik pertama, seorang insinyur pendiri industri tanah jarang, dan seorang ahli senjata laser terkemuka sejak pembatasan Covid dicabut bulan lalu.

Akademi Teknik China belum memberikan penjelasan terperinci terkait penyebab kematian sejumlah anggotanya tersebut.

Pada akhir Desember lalu, mantan ilmuwan utama di Pusat Pengendalian Penyakit China, Zeng Guang, menyatakan bahwa menurut perkiraannya lebih dari 80 persen penduduk Beijing, terinfeksi Covid-19. Sementara Beijing adalah rumah bagi sebagian besar ilmuwan China.

Seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit besar di Beijing mengatakan kepada SCMP bahwa semua anggota akademi biasanya menerima perawatan medis berkualitas tinggi yang setara dengan yang diterima oleh wakil menteri. Akan tetapi, tidak ada ruang di rumah sakit yang tersisa sekarang ini lantaran tingginya beban tampung pasien yang disebabkan oleh pelonggaran pembatasan Covid di China.

Seorang ilmuwan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan, masih terlalu dini untuk mengevaluasi dampak pandemi Covid terhadap sektor sains dan teknologi China.

Sekarang perbatasan kita dibuka kembali. Kami dapat bertemu dengan rekan-rekan dari seluruh dunia untuk menghasilkan ide-ide baru lagi, dan bekerja sama dalam beberapa proyek yang menarik, katanya.

Pada Desember lalu, Pemerintah China mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan anti-Covid yang selama ini diterapkan Beijing dengan sangat ketat dan tanpa toleransi.

Topik Menarik