Struktur Gedung gedung Bertingkat Harus Kuat Awas Patahan Lempeng Bumi Di Selatan Jakarta

Struktur Gedung gedung Bertingkat Harus Kuat Awas Patahan Lempeng Bumi Di Selatan Jakarta

Nasional | BuddyKu | Minggu, 27 November 2022 - 07:34
share

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengimbau pemilik dan pengelola gedung bertingkat rutin memantau kondisi keselamatan dan mitigasi gedung. Ini untuk meminimalisir dampak jika terjadi bencana.

Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, langkah mitigasi perlu dilakukan agar setiap gedung di Jakarta bisa meminimalisir dampak bencana alam, seperti gempa bumi. Terlebih ada patahan lempeng bumi di selatan Jakarta yang berpotensi bergerak sewaktu-waktu.

Selama ini, BPBD dan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Keselamatan (Gulkarmat) rutin mengadakan sosialisasi pengamanan gedung bertingkat. Tapi, penting dilakukan pemantauan mandiri demi keselamatan, ujar Isnawa di Jakarta, kemarin.

Dalam melakukan pemantauan tersebut, para pemilik dan manajemen gedung bertingkat di Jakarta bisa melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait di Pemprov DKI Jakarta.

Dalam pelaksanaannya, SKPD berkoordinasi dengan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan (Citata) DKI Jakarta, BPBD DKI Jakarta dan Dinas Gulkarmat DKI, jelas Isnawa.

Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi BPBD DKI Jakarta Michael Sitanggang mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah mitigasi, dalam upaya mengantisipasi ancaman gempa bumi di Jakarta.

Pertama, berkolaborasi dengan instansi terkait membuat rencana kontingensi penanggulangan bencana. Kedua, melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dan simulasi penanganan gempa bumi.

Caranya, dengan memberikan materi terkait penanganan gempa bumi. Mulai dari evakuasi mandiri hingga pertolongan pertama bagi korban bencana, dengan target peserta dari berbagai kalangan.

Target peserta, yakni masyarakat, relawan dan aparatur yang berada di gedung bertingkat, fasilitas publik dan fasilitas umum lain, katanya.

Ketiga, pihaknya akan melaksanakan penerapan Sekolah atau Madrasah Aman Bencana (SMAB) sesuai dengan amanat Peraturan Gubernur Nomor 187 Tahun 2016 tentang Penerapan Sekolah/Madrasah Aman Dari Bencana.

Kelima, lanjut Michael, membangun ruang literasi kebencanaan yang akan memberikan edukasi kepada masyarakat, dengan penyediaan ruangan tematik untuk simulasi bencana.

Keenam, memberikan edukasi kepada masyarakat terkait serba-serbi ancaman gempa bumi melalui kanal bpbd.jakarta. go.id dan kanal media sosial BPBD seperti Instagram, Twitter, Facebook dan Telegram.

Ketujuh, menyiagakan layanan nomor telepon kedaruratan Jakarta Siaga 112, sebagai kanal aduan bagi masyarakat Jakarta (bebas pulsa dan beroperasi 24 jam non stop).

Koordinator Mitigasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono sebelumnya mengungkapkan, daerah pinggiran Jakarta pernah menjadi pusat gempa, yaitu Bekasi dan Jonggol.

Gempa diduga merupakan aktivitas sesar Citarik yang membentang dari selatan Sukabumi di Pelabuhanratu, sampai pesisir utara Kabupaten Bekasi.

BMKG mencatat, pada 10 Desember 2019 terjadi gempa magnitudo 3,2, pusat gempa berada di Bekasi. Lalu, pada 4 Januari 2021 terjadi gempa magnitudo 2,4, pusat gempa terjadi di Jonggol.

Kedua gempa ini menjadi bukti adanya sumber gempa sesar aktif dekat Jakarta, Bogor dan Bekasi, kata Daryono.

Geolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani mengatakan, gempa yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, disebabkan oleh pergerakan sesar aktif di darat.

Sumber gempa yang dekat dengan permukaan serta magnitudo yang cukup besar menyebabkan dampak yang cukup meluas. Terutama di sepanjang jalur sesar tersebut, terangnya.

Menurut Gayatri, efek guncangan terasa paling besar di area dekat dengan hiposenter. Energi gempa terinisiasi dan mulai menyebar, mengakibatkan kerusakan signifikan di Cianjur dan Sukabumi.

Sedangkan wilayah Jakarta, berada cukup dekat dengan lokasi gempa turut mengalamiguncangan.

Tipe tanah dan batuan di bawah Jakarta mendukung terjadinya amplifikasi gelombang gempa. Efek guncangan terasa lebih kuat di daerah cekungan Jakarta, dibandingkan area lain berjarak sama namun memiliki batuan cenderung lebih keras, jelasnya.

Topik Menarik