Khutbah Idul Fitri Sedih dan Menyentuh di Hari Kemenangan

Khutbah Idul Fitri Sedih dan Menyentuh di Hari Kemenangan

Muslim | okezone | Minggu, 30 Maret 2025 - 09:20
share

JAKARTA - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang dinanti-nantikan oleh umat Islam setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa Ramadhan. Di hari kemenangan ini, umat Muslim berkumpul untuk melaksanakan salat Idul Fitri yang diikuti dengan khutbah sebagai pengingat dan nasihat bagi jamaah.

Khutbah Idul Fitri yang menyentuh hati sering kali membawa refleksi mendalam tentang perjalanan spiritual selama Ramadhan dan tantangan kehidupan setelahnya. Berikut Khutbah Idul Fitri Sedih dan Menyentuh di Hari Kemenangan:

Pentingnya Mengamalkan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari

Ilmu agama yang kita peroleh melalui berbagai sumber seperti kitab suci, pengajian, dan khutbah, seharusnya menjadi landasan dalam berperilaku. Namun, jika ilmu tersebut tidak diwujudkan dalam tindakan nyata, maka kita seperti kuda yang membawa beban kitab tanpa memahami isinya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?" (QS. As-Saff: 2)

Ayat ini mengingatkan kita untuk konsisten antara ucapan dan perbuatan, serta menjadikan ilmu sebagai pendorong amal saleh.

Kebersihan hati adalah kunci dalam membangun hubungan harmonis dengan sesama. Kebencian dan permusuhan tidak pantas dimiliki oleh orang beriman yang menginginkan ketakwaan.

Rasulullah SAW bersabda:

لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا

Artinya: "Janganlah kalian saling hasad, saling menipu, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim)

Hadist ini menekankan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah dan menghindari sikap yang dapat merusak persaudaraan.

Idul Fitri bukan hanya perayaan kemenangan atas berhasilnya menahan hawa nafsu selama Ramadan, tetapi juga momen introspeksi diri.

 

Kita diingatkan bahwa kehidupan di dunia ini sementara, dan setiap amal perbuatan akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Artinya: "Dan takutlah pada hari ketika kamu semua dikembalikan kepada Allah, lalu setiap jiwa diberi balasan atas apa yang telah dikerjakannya, dan mereka tidak dizalimi." (QS. Al-Baqarah: 281)

Ayat ini mengajak kita untuk selalu sadar akan akhirat dan mempersiapkan diri dengan amal kebaikan.

Dalam suasana Idul Fitri, Rasulullah SAW memberikan teladan mulia dalam menyayangi anak yatim. Dikisahkan, saat Rasulullah SAW hendak menunaikan salat Id, beliau melihat seorang anak berpakaian lusuh dan menangis.

Setelah mengetahui bahwa anak tersebut telah kehilangan ayahnya dalam peperangan dan diabaikan oleh keluarganya, Rasulullah SAW dengan penuh kasih sayang berkata:

أَمَا تَرْضَى أَنْ أَكُونَ أَنَا أَبُوكَ، وَعَائِشَةُ أُمُّكَ؟

Artinya: "Tidakkah engkau ridha jika aku menjadi ayahmu, dan Aisyah menjadi ibumu?"

Anak itu pun menerima dengan gembira, dan Rasulullah SAW membawanya pulang, memberinya pakaian layak, makanan, dan kasih sayang.

 

Kisah ini mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan, sehingga tidak ada yang merasa kesepian atau terabaikan di hari yang fitri.

Hari Raya Idul Fitri adalah momentum untuk merayakan kemenangan spiritual dan mempererat tali silaturahmi. Melalui khutbah yang menyentuh hati ini, kita diingatkan untuk mengamalkan ilmu dalam tindakan nyata, menjaga kebersihan hati, serta peduli terhadap sesama.

Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari perayaan ini dan terus meningkatkan kualitas iman dan takwa dalam kehidupan sehari-hari. Wallahualam

Topik Menarik