Aksi Heroik Jenderal Kopassus Hendropriyono Lumpuhkan Petinggi Komunis di Hutan Kalimantan
JENDERAL TNI (Purn) A.M Hendropriyono merupakan tokoh militer yang sangat dikenal di TNI AD khususnya di Korps Baret Merah Kopassus. Selain karena pernah menduduki sejumlah jabatan strategis, Hendropriyono juga dikenal sebagai prajurit pemberani di medan operasi.
Suatu hari yang menentukan pada 4 Desember 1973, Kapten Hendropriyono yang kelak dikenal sebagai tokoh intelijen legendaris, dia memimpin sebuah operasi berani di jantung hutan Kalimantan Barat.
Targetnya adalah Sukirjan alias Siauw Ah San, seorang pimpinan Barisan Rakyat (Bara), kelompok komunis yang menjadi ancaman keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonsia (NKRI).
Di bawah pimpinan Hendropriyono, pasukan elite Kopassandha (sekarang Kopassus) menyusup ke kawasan terpencil di Lo Nam Kok, Mempawah, dengan satu tujuan: menangkap pentolan komunis yang sulit ditangkap ini.
Pada 3 Desember, tim kecil ini menyusuri hutan Kalimantan yang lebat. Dengan perlengkapan minimalis pisau lempar, radio HT, kompas, dan senter setiap prajurit bergerak dalam formasi yang sangat ketat.
Tidak ada ruang untuk kesalahan; jarak antar-prajurit diatur sejauh 4 meter, memastikan musuh tidak akan lolos. Misi ini membutuhkan keberanian, ketenangan, dan kesabaran yang sangat luar biasa.
Sasaran berjarak 4,5 kilometer. Kami harus merayap perlahan di hutan yang gelap dan penuh jebakan alam, ujar Hendropriyono dalam bukunyaOperasi Sandhi Yudha sebagaimana dikutip SINDOnews, Kamis (12/9/2024).
Ada kode warna yang digunakan untuk mengatur kecepatan penyusupan: hijau berarti 10 meter/menit, kuning 5 meter/menit, dan merah artinya berhenti total. Tantangan pertama datang saat seekor ular kobra besar muncul tepat di depan Hendropriyono.
Tanpa panik, ia mengambil garam, satu-satunya alat perlindungan, dan tetap tak bergerak sampai ular itu berlalu. Setelah lima jam merayap, tim mencapai titik pemberhentian, tapi mereka masih harus menunggu hingga jam serangan tiba pada pukul 04.00.
Hawa dingin dan keheningan malam menemani mereka. Di tengah ketegangan, tiba-tiba terdengar suara dengkuran dari arah barat daya. Sersan Yulius Data, salah satu anggota tim, bergerak cepat dan diam-diam menghabisi seorang penjaga musuh yang tertidur.
Sudah selesai, Pak, ujar Yulius dengan tenang. Hendropriyono hanya bisa menarik napas panjang, sadar bahwa mereka semakin dekat dengan misi mereka. Namun, ketika waktu penyergapan tiba, Sukirjan ternyata belum berada di tempat persembunyiannya.
Hendropriyono memerintahkan pasukannya untuk tetap membeku di tempat. Beberapa jam kemudian, laporan intelijen mengabarkan bahwa target telah kembali. Dengan perintah Hendropriyono, pasukan kembali merayap maju.
Mendekati gubuk persembunyian, seekor anjing penjaga tiba-tiba menggonggong, memperingatkan musuh. Serbuuu! teriak Hendropriyono sambil berlari cepat menuju gubuk.
Sukirjan sempat melawan, tetapi Hendropriyono menghadapi perlawanan itu dengan duel satu lawan satu yang sengit. Dalam waktu singkat, Sukirjan berhasil dilumpuhkan.
Operasi tersebut tergolong sukses. Hendropriyono dan timnya bukan hanya berhasil menangkap tokoh penting komunis, tetapi juga menambah satu lagi lembaran heroik dalam sejarah Kopassus.
Misi di belantara Kalimantan ini menjadi bukti keberanian, kepemimpinan, dan ketangguhan Jenderal Hendropriyono yang kelak akan dikenal sebagai salah satu pemimpin militer dan intelijen paling disegani di Indonesia.