Tuah Sumpah Palapa Gajah Mada Bungkam Keangkuhan Pembesar Kerajaan Majapahit

Tuah Sumpah Palapa Gajah Mada Bungkam Keangkuhan Pembesar Kerajaan Majapahit

Infografis | sindonews | Kamis, 12 September 2024 - 06:08
share

GAJAH Mada mengucapkan Sumpah Palapa setelah diangkat sebagai Amangkubumi Kerajaan Majapahit. Dalam sumpahnya, ia berjanji untuk tidak menikmati kesenangan pribadi hingga seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Sumpah ini, meskipun mulia, awalnya dipandang sebelah mata oleh para pembesar kerajaan, termasuk Arya Tadah, yang sebelumnya mendukung Gajah Mada. Banyak di antara mereka menertawakan dan meremehkan janji Gajah Mada.

Namun, cemoohan dan keraguan ini tak membuat Gajah Mada gentar. Di tengah keangkuhan para pembesar seperti Ra Kembar, Lembu Peteng, dan Jabung Tarewes, Gajah Mada membuktikan ketegasannya.

Dalam buku Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara karya Mohamad Yamin menjelaskan bahwa Sumpah itu bernama Sumpah Palapa, yang bermaksud bahwa Gajah Mada berpantang bersenang-senang memikirkan diri sendiri dan berpuasa selama cita-cita negara belum sampai.

Di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban, Gajah Mada mengucapkan janji, Saya baru akan berhenti berpuasa makan buah Palapa jikalau seluruh Nusantara takluk di bawah kekuasaan negara (Majapahit).

Jadi, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa tidak asal bicara tapi, berdasarkan pengkajian mendalam agar Kerajaan Majapahit menguasai 10 wilayah penting tadi di bawah panji Nusantara.

Ironisnya, Sumpah Palapa yang digelorakan Gajah Mada yang ingin menyatukan wilayah Nusantara justru mendapat tantangan hebat di kalangan pembesar Kerajaan Majapahit sendiri.

Mantan patih Arya Tadah yang semula mendukung Gajah Mada menggantikan dirinya sebagai Amangkubumi tak memercayai sumpah Gajah Mada dan memperoloknya.

Alhasil, perang tanding Gajah Mada dan Ra Kembar menjadi penentu, di mana Ra Kembar akhirnya tewas di tangan sang Mahapatih. Hal ini diikuti dengan kekalahan Lembu Peteng dan Jabung Tarewes, yang membungkam suara-suara sumbang di kalangan petinggi kerajaan.

Sumpah Palapa Gajah Mada bukanlah sekadar janji kosong. Melalui tekad kuatnya, ia merencanakan penaklukan 10 wilayah penting yang dianggap mewakili Nusantara: Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan).

Haru (Sumatera Timur), Pahang (Semenanjung Melayu), Dompu (Sumbawa), Bali, Sunda (Jawa Barat), Palembang, dan Tumasik (Singapura). Misi ini memakan waktu 21 tahun dan menjadi jalan bagi Gajah Mada untuk mewujudkan cita-citanya mempersatukan Nusantara.

Salah satu tantangan terbesarnya adalah Kerajaan Samudra Pasai, sebuah kerajaan Islam yang kuat di Sumatera. Gajah Mada awalnya mengirim utusan untuk meminta Samudra Pasai tunduk kepada Majapahit, tetapi Raja Malikuddhahir II menolak dengan tegas.

Samudra Pasai adalah negeri berdaulat, ujarnya.

Penolakan ini memicu serangan dari Majapahit, yang mengerahkan 50 kapal laut untuk menggempur Samudra Pasai. Namun, serangan pertama gagal, dengan pasukan Samudra Pasai berhasil memukul mundur tentara Majapahit.

Tak hanya Samudra Pasai, Bali juga menjadi sasaran ekspansi Gajah Mada. Kerajaan Bali, di bawah pimpinan Sri Ratna Bumi Banten, menentang kekuasaan Majapahit. Di Bali, Patih Kebo Iwa dikenal sebagai sosok sakti yang membuat Gajah Mada gentar.

Meski begitu, Gajah Mada tak berhenti. Dengan tipu muslihat, Gajah Mada meminta Kebo Iwa menggali sumur sebagai persembahan bagi Majapahit. Namun, ketika Kebo Iwa berada di dalam sumur, Gajah Mada memerintahkan pasukannya untuk menimbun Kebo Iwa dengan batu.

Kebo Iwa yang sakti berhasil keluar dari timbunan batu dan menantang Gajah Mada. Namun, dalam pertarungan sengit, Kebo Iwa akhirnya memilih menyerahkan nyawanya demi persatuan Nusantara. Gajah Mada mengalahkannya dengan bubuk kapur yang meredam kesaktiannya.

Keberhasilan Gajah Mada tak hanya membungkam para pembesar Majapahit yang angkuh, tetapi juga mengukir sejarah tentang kebesaran Kerajaan Majapahit di bawah panji persatuan yang dipimpinnya.

Topik Menarik