Kisah Raden Wijaya Tunjuk Keluarga Kertanegara Jabat Menteri Senior di Majapahit

Kisah Raden Wijaya Tunjuk Keluarga Kertanegara Jabat Menteri Senior di Majapahit

Infografis | sindonews | Selasa, 6 Agustus 2024 - 06:10
share

Ada hubungan erat antara Kerajaan Singasari dan Majapahit. Hubungan itu bahkan sempat terlihat dari Raden Wijaya yang masih keturunan Raja Singasari Mahisa Cempaka saat menikahi putri Kertanegara Raja Singasari terakhir.

Saat pemerintahan Majapahit dibentuk oleh Raden Wijaya hingga Tribhuwana Tunggadewi, juga masih ada beberapa nama dari kabinet peninggalan keturunan Singasari.

Adityawarman, salah satu dari sekian menteri yang menjadi wreddha menteri di pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi.

Baca Juga: Penyebab Keruntuhan Kesultanan Mataram Islam, Kehilangan Sosok Sultan Agung hingga Campur Tangan Belanda

Arca Manjustri menggambarkan dugaan sosok Adityawarman yang masih keluarga dari Kertanegara, raja terakhir Kerajaan Singasari, sebagaimana dikutip dari buku “Tafsir Sejarah Nagarakretagama” dari Prof. Slamet Muljana.

Konon Arca Manjustri diletakkan di Candi Jinalaya atau Candi Jago yang berada di Tumpang, Kabupaten Malang.Arca ini dibuat dan ditempatkan di Candi Jago, yang dibangun di masa pemerintahan Raja Kertanegara, untuk menghormati Raja Wisnuwardhana.

Sosoknya merupakan keluarga besar dari Tribhuwana Tunggadewi, raja ketiga di Majapahit. Sosok Adityawarman ini dijadikan arca dengan dinamakan Arca Manjustri, di sebuah Candi Jinalaya.

Konon identifikasi Adityawarman yang diarcakan terlihat pada piagam Sanskerta Pu Adityawarman, dengan tulisan "Sebuah Arca Manjustri ditempatkan di Candi Jinalaya oleh Arya Wangsadiraja.

Baca Juga: Kisah Perwira Sunda, Satu-satunya yang Selamat dari Pertempuran Melawan Majapahit

Arca Manjustri sendiri adalah Bodhisattwa, biasanya diwujudkan sebagai seorang pemuda, yang memegang pedang terhunus di tangannya yang satu, dan sebuah buku di tangannya yang lain.

Pedang itu dimaksudkan sebagai alat untuk memberantas penasaran dan kepalsuan, sedangkan buku itu mengandung ajaran tentang sepuluh laku utama, cita-cita Bodhisatwa yang disebut paramita, yakni dana: derma, sila: tatasila.

Kemudian ksanti: kesabaran, virya: keperwiraan, dyana: meditasi atau samadi, prajnya: kebijaksanaan, upaya - kausalya: sarana, usaha, pranidhana: ketegasan, bala: kekuasaan, jinyana: pengetahuan. Pada umumnya uraian di atas sesuai dengan wujud Arca Manjustri dari Singasari.

tetapi ada juga sekedar perbedaannya. Arca Manjustri dari Singasari berupa seorang bangsawan, bermahkota tinggi, duduk bersila, tangan kanannya memegang keris, tangan kirinya ditempelkan pada dada, buku paramita terletak di pangkuan.

Baca Juga: Kisah Hayam Wuruk dan Sistem Pungutan Pajak di Majapahit

Pada keempat sudut sandaran tempat duduknya terdapat arca yang sama dalam bentuk kecil-kecil. Daun teratai menghiasi sisi kanan dan kiri sandaran tempat duduknya. Sebagian dari piagam menghiasi bagian atas.

Arca Manjustri sendiri kini berangka tahun 1343. Diduga kuat arca itu merupakan tambahan yang di Pu Adityawarman, seorang wreddha menteri atau menteri senior saat masa pemerintahan raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi.

Dia juga merupakan saudara sepupu Raka Jayanagara, dan hubungan kekeluargaannya dengan Rajapatni didasarkan atas garis keturunan ayahnya yang bernama Adwaya.

Sosok Adityawarman memang dekat dengan keluarga rani Rajapatni, yang memegang kuasa di tanah Jawa, selepas masa Kerajaan Singasari.

Kiranya Adwaya dapat disamakan dengan Adwayabrahma, seorang mahamenteri dari Singasari, yang tercatat pada piagam Jawa kuna Amoghapasa 1286.

Piagam Sanskerta tersebut memperkuat dugaan bahwa Mahamenteri Adwayabrahma, adalah keluarga Raja Kertanegara, dengan sendirinya mempunyai hubungan kekeluargaan yang masih dekat dengan Rajapatni.

Persembahan Arca Manjustri sendiri disebut sangat tepat karena baik Adityawarman maupun Gayatri Rajapatni adalah pemeluk agama Buddha.

Topik Menarik