Heboh Jurnalis Tak Sengaja Dimasukkan Grup para Menteri AS Bahas Perang, Ini Isi Percakapannya

Heboh Jurnalis Tak Sengaja Dimasukkan Grup para Menteri AS Bahas Perang, Ini Isi Percakapannya

Terkini | inews | Selasa, 25 Maret 2025 - 23:57
share

WASHINGTON, iNews.id - Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membela diri atas skandal bocornya rencana serangan terhadap kelompok Houthi ke Yaman dengan cara konyol. Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Michales Waltz secara tidak sengaja memasukkan Pemimpin Redaksi Majalah The Atlantic Jeffrey Goldberg dalam grump obrolan aplikasi pesan singkat Signal.

Grup berisi Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan (Menhan) Pete Hegseth, Menteri Luar Negeri (Menlu) Marco Rubio, serta beberapa menteri dan pejabat tinggi lainnya itu membahas serangan AS ke Yaman.

Goldberg, dalam artikelnya di The Atlantic, pada Senin lalu mengungkap bahwa dia mengetahui segala pembicaraan dalam grup itu termasuk serangan ke Yaman pada 15 Maret, 2 jam sebelum rencana dieksekusi. 

Dalam komentar terbarunya, Gedung Putih membenarkan soal insiden Signal tersebut, namun membantah ada informasi sensitif yang dibagikan dalam grup.

Presiden Donald Trump juga menegaskan tak ada informasi rahasia terkait skandal ini.

"Kami sudah menyelidikinya. Sejujurnya, ini masalah sederhana. Masalah seperti ini biasa terjadi," ujarnya.

Oleh karena itu Trump tak akan menyalahkan atau menghukum orang yang menyebabkan kehebohan, menuntut permintaan maaf, apalagi sampai melarang penggunaan aplikasi Signal.

Sebelumnya Menhan Hegseth juga membantah dirinya memberikan pesan seputar perang yang akan dilakukan AS di Yaman. Dia juga menuduh Goldberg mengada-ada dan menyebarkan informasi bohong.

Goldberg tak secara rinci menjelaskan isi percakapan dalam grup itu karena akan memiliki konsekuensi hukum, apalagi terkait rahasia militer. Namun dia menegaskan bahwa informasi rahasia masuk dalam percakapan obrolan grup.

“Informasi yang terkandung di dalamnya, jika dibaca oleh musuh Amerika Serikat, mungkin saja bisa digunakan untuk melukai personel militer dan intelijen Amerika,” kata Goldberg, dalam tulisan tersebut.

Dalam artikelnya, dia berbagi soal diskusi antara para pejabat tinggi, termasuk Vance dan Hegseth.

Vance, Hegseth, serta Penasihat Keamanan Dalam Negeri Stephen Miller, kata dia, memperdebatkan waktu serangan dan apakah ada keuntungan ekonomi yang bisa diambil AS dari Eropa sebagai imbalan atas serangan tersebut.

Vance mengungkapkan kekhawatiran bahwa serangan AS ke Yaman tersebut akan lebih menguntungkan perdagangan Eropa di Laut Merah. Seperti diketahui kelompok Houthi menyerang kapal-kapal dagang dan kapal perang yang terkait dengan Israel.

Skandal ini memicu pernyataan besar di AS, termasuk kelompok oposisi Partai Demokrat, mengapa informasi sensitif dibahas di platform aplikasi nonpemerintah dan apakah pesan itu bisa disimpan karena UU federal mengharuskannya.

Tak heran jika Komite Intelijen Senat AS langsung menggelar sidang dengan memanggil Direktur CIA John Ratcliffe dan Direktur Badan Intelijen Nasional Tulsi Gabbard.

“Ini bukan hanya ceroboh, bukan hanya melanggar semua prosedur, tapi jika informasi ini tersebar, nyawa warga Amerika bisa melayang. Jika Houthi memiliki informasi ini, mereka bisa mengubah posisi sistem pertahanan mereka,” kata Senator Demokrat, Mark Warner.

Senator Demokrat lainnya, Ron Wyden, menyebut skandal di Signal tersebut jelas-jelas sembrono dan berbahaya.

“Baik kesalahan penanganan informasi rahasia maupun penghancuran catatan federal yang disengaja merupakan kejahatan potensial yang harus segera diselidiki,” kata Wyden.

Dia bahkan mendesak orang-orang yang paling bertanggung jawab mengundurkan diri, seperti Waltz dan Hegseth.

Topik Menarik