Gedung Putih Tak Sengaja Masukkan Jurnalis ke Grup Menteri Bahas Perang, Menhan Tolak Disalahkan
WASHINGTON, iNews.id - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth membantah telah mengirim pesan rencana perang dalam grup obrolan yang di dalamnya terdapat seorang jurnalis yakni Pemimpin Redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg.
Goldberg dimasukkan secara tidak sengaja oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Waltz dalam grup obrolan di aplikasi Signal pada 15 Maret lalu. Grup itu berisi para menteri AS serta pejabat tinggi lainnya, membahas rencana serangan ke keompok Houhti Yaman.
Hegseth mengklaim tidak ada pesan berisi rencana militer yang dikirim dalam pesan tersebut.
"Tidak ada yang mengirim rencana perang melalui pesan singkat," kata Hegseth, seperti dikutip dari Sputnik, Selasa (25/3/2025).
Dia bahkan menyerang Goldberg dengan menyebutnya sebagai wartawan penipu dan tidak memiliki kredibilitas dan pekerjannya hanya menyebarkan berita bohong berkali-kali.
Ironisnya, komentar Hegseth itu disampaikan setelah Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih mengonfirmasi bahwa isi pesan itu orisinal.
"Saat ini, rangkaian pesan yang dilaporkan tampaknya asli dan kami sedang mengevaluasi bagaimana bisa ada nomor secara tidak sengaja dimasukkan dalam grup tersebut," kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional, Brian Hughes.
Goldberg sebelumnya membongkar skandal bobolnya rahasia keamanan nasional itu dalam artikelnya di The Atlantic yang diterbitkan, Senin (24/3/2025).
Dia mengatakan pejabat tinggi AS secara tidak sengaja memasukkannya dalam grup obrolan bernama "PC Houthi", membahas serangan terhadap kelompok yang berkuasa di Yaman Utara itu.
Grup itu melakukan diskusi menarik, melibatkan Menhan Hegseth, Wakil Presiden AS JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Michael Waltz.
Goldberg mengatakan di antara yang disampaikan Hegseth dalam pesannya adalah soal rencana serangan udara ke Yaman, sekitar 2 jam setelah pesan itu disampaikan.
“Dunia mengetahui sesaat sebelum pukul 14.00 Waktu Timur, pada 15 Maret, Amerika Serikat mengebom target-target Houthi di seluruh Yaman,” kata Goldberg.
“Namun, saya tahu 2 jam sebelum bom pertama meledak, serangan itu mungkin akan datang. Alasan saya mengetahui hal ini adalah karena Pete Hegseth, menteri pertahanan, telah mengirimi saya rencana perang melalui pesan pada pukul 11.44.”
Dia langsung melapor ke Gedung Putih mengenai kebocoran informasi keamanan tingkat tinggi tersebut. Setelah itu dia keluar dari grup obrolan.
Presiden Donald Trump saat dikonfirmasi wartawan menegaskan tidak tahu mengenai skandal keamanan nasional tersebut.