Apa Itu Trading Halt? Fenomena Pasar yang Bisa Mengubah Arah Investasimu!

Apa Itu Trading Halt? Fenomena Pasar yang Bisa Mengubah Arah Investasimu!

Ekonomi | inews | Rabu, 19 Maret 2025 - 14:41
share

JAKARTA, iNews.id - Apa Itu Trading Halt dalam beberapa hari terakhir, istilah trading halt menjadi topik yang ramai diperbincangkan di kalangan pelaku pasar modal. Hal ini berkaitan dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang mengalami penurunan tajam dalam dua hari berturut-turut. 

Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menerapkan mekanisme trading halt untuk menenangkan pasar dan mencegah kepanikan lebih lanjut.

Lalu, apa sebenarnya trading halt itu? Mengapa IHSG bisa anjlok secara drastis? Berikut penjelasannya:

Apa Itu Trading Halt?

Trading halt adalah penghentian sementara perdagangan di bursa efek dalam rangka mengendalikan volatilitas pasar yang terlalu tinggi. 

Mekanisme ini biasanya diterapkan ketika terjadi lonjakan harga yang ekstrem, baik itu kenaikan maupun penurunan yang terlalu tajam dalam waktu singkat.

Di Indonesia, trading halt diatur oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas. 

BEI akan menghentikan perdagangan sementara apabila IHSG mengalami penurunan lebih dari 5 dalam satu sesi perdagangan. 

Jika penurunan berlanjut hingga 10, BEI dapat menerapkan trading suspension, yaitu penghentian perdagangan untuk waktu yang lebih lama.

Tujuan utama dari trading halt adalah memberikan kesempatan bagi investor dan pelaku pasar untuk mencerna informasi yang berkembang, sehingga mereka dapat mengambil keputusan investasi yang lebih rasional dan tidak terjebak dalam kepanikan pasar.

Apa kaitannya Trading Halt dengan anjloknya IHSG?

Dalam dua hari terakhir, IHSG mengalami tekanan jual besar-besaran yang menyebabkan indeks anjlok lebih dari 7 dalam satu sesi perdagangan. 

Penurunan ini mengaktifkan mekanisme trading halt untuk memberikan waktu bagi investor menenangkan diri dan menghindari aksi jual panik yang bisa memperburuk kondisi pasar.

Terdapat beberapa faktor utama yang menyebabkan kejatuhan IHSG ini:

1. Tekanan dari Faktor Domestik

Pelemahan Ekonomi Nasional

Perekonomian Indonesia mengalami tekanan yang cukup besar, terutama dalam sektor fiskal dan moneter. Pemerintah melaporkan defisit APBN yang melebar akibat penurunan penerimaan negara dan belanja yang meningkat drastis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor terkait kestabilan ekonomi Indonesia.

Ketidakpastian Kebijakan Pemerintah

Berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah akhir-akhir ini menuai kontroversi di pasar. Salah satunya adalah program bantuan sosial besar-besaran yang dikhawatirkan akan membebani anggaran negara dalam jangka panjang.

Melemahnya Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan signifikan, menyentuh level Rp16.200 per dollar. Pelemahan ini dipicu oleh arus keluar modal asing (capital outflow), di mana investor asing menarik dana mereka dari pasar saham Indonesia dan mengalihkan ke instrumen yang lebih aman.

2. Pengaruh Faktor Global

Ketidakpastian Ekonomi Dunia
 

Kondisi perekonomian global juga memberikan dampak besar terhadap pasar modal Indonesia. Krisis energi yang masih berlangsung, kebijakan moneter ketat dari bank sentral dunia seperti The Fed, serta ancaman resesi global menjadi faktor yang membuat investor lebih berhati-hati.


Ketegangan Geopolitik
 

Konflik yang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina serta ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Cina semakin memperburuk ketidakpastian di pasar keuangan global.


Kenaikan Suku Bunga AS
 

Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan inflasi di Amerika Serikat. Kebijakan ini menyebabkan dana asing keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, sehingga menekan IHSG.

Dampak Anjloknya IHSG dan Trading Halt terhadap Investor

Penurunan tajam IHSG dan penerapan trading halt memiliki beberapa dampak bagi para investor dan perekonomian secara keseluruhan:

1. Meningkatnya Sentimen Negatif di Pasar

Aksi jual besar-besaran menunjukkan bahwa investor kehilangan kepercayaan terhadap kondisi pasar. Hal ini dapat berdampak pada peningkatan volatilitas yang lebih tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

2. Kerugian Besar bagi Investor Ritel

Investor ritel yang kurang memiliki pengalaman dalam menghadapi kondisi pasar yang volatil cenderung panik dan menjual saham mereka di harga rendah. Akibatnya, mereka mengalami kerugian besar karena menjual di saat harga sedang anjlok.

3. Potensi Pemulihan yang Lambat

Jika kondisi ini terus berlanjut, IHSG berisiko mengalami bear market, yaitu kondisi di mana harga saham terus turun dalam jangka panjang. Hal ini bisa membuat investor enggan masuk kembali ke pasar modal, sehingga pemulihan pasar bisa memakan waktu lebih lama.

Demikianlah pembahasan mengenai apa itu Trading Halt yang sedang ramai diperbincangkan. Semoga bermanfaat!

Topik Menarik