Israel Ingin Gaza seperti Dubai
DAVOS, iNews.id - Israel memanfaatkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, untuk mengangkat isu Jalur Gaza. Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata tahap pertama yang berlaku selama 42 hari terhitung sejak 19 Januari 2025.
Namun rekonstruksi Gaza akan terjadi di gencatan senjata tahap ketiga, jika kedua pihak sepakat memperpanjangnya.
Menteri Perekonomian Israel Nir Barkat mengatakan, Gaza hanya bisa dibangun kembali jika Hamas memilih untuk berdamai dengan Israel.
"Pertanyaan utamanya adalah apakah mereka ingin membangun Dubai atau membangun kembali Gaza seperti semula (menolak damai)," kata Barkat, seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (24/1/2025).
Dia menambahkan, Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), sudah menormalisasi hubungan dengan Israel. Artinya, UEA mengakui berdirinya negara Israel.
"Dubai mengakui negara Israel. Mereka fokus pada ekonomi bersama. Kami ingin menyaksikan Dubai di wilayah kami, bukan Gaza," ujar Barkat.
Israel, lanjut Barkat, belum membuat keputusan apa pun, apakah akan berkontribusi membangun kembali Gaza atau tidak. Namun pemerintahannya akan mengizinkan negara-negara Arab seperti UEA dan Arab Saudi untuk membantu rekonstruksi, dengan jaminan Gaza yang baru tak mengancam keamanan Israel.
"(Israel) Tentu bersedia mengizinkan Uni Emirat Arab, Saudi, dan negara lain untuk membangun kembali sesuatu yang tidak mengancam Israel," katanya.
Data kantor media Gaza menyabutkan 88 persen infrastruktur dan bangunan di Gaza hancur dan rusak dalam perang yang berlangsung 15 bulan. Dibutuhkan dana setidaknya 38 miliar dolar AS atau sekitar Rp617,3 triliun untuk membangun kembali wilayah berpenduduk sekitar 2,3 juta jiwa itu.
Hamas berkali-kali menegaskan perjuangannya yakni mewujudkan kemerdekaan Palestina, berdiri sebagai negara berdaulat. Namun para Israel, di bawah pemerintahan sayap kanan jauh, menolak tegas berdirinya negara Palestina, termasuk solusi dua negara. Sikap tersebut yang memperumit perdamaian di Timur Tengah.