Kisah Pria Perekam Kecelakaan Pesawat Jeju Air: Tak Bisa Tidur hingga Selalu Menangis
SEOUL, iNews.id - Lee Geun Young, pria yang merekam kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air pada Minggu (29/12/2024), tak akan bisa melupakan momen mengerikan tersebut. Pemilik restoran gurita itu sedang bersiap membuka tempat usahanya sekitar pukul 09.00 saat melihat ada kejanggalan dengan pesawat yang akan mendarat.
Restoran Lee hanya berjarak sekitar 300 meter dari Bandara Internasional Muan. Dari atap restoran dia bisa melihat langsung ke arah ujung landasan bandara nyaris tanpa halangan.
Pria 48 tahun mengatakan kepada surat kabar The New York Times, seperti dikutip Rabu (1/1/2025), pagi itu cuaca sangat cerah sehingga banyak burung terbang di sekitarnya. Dia sedang di dapur lalu terhentak dengan suara keras dari pesawat Jeju Air 7C 2216 yang masih berada di udara. Pesawat itu terbang sangat rendah di sekitar bandara.
“Sekitar pukul 08.57, saya mendengar suara dentuman. Kedengarannya seperti pembakaran tidak sempurna sepeda motor, tapi lebih keras. Saya sering mendengar tembakan senjata untuk mengusir burung," ujarnya.
Awalnya dia tak terlalu curiga karena suara serupa meski tak lebih keras, sering didengarnya, seperti pekerjaan konstruksi perluasan landasan pacu, perluasan jalan, maupun proyek pembangunan kereta cepat.
“Tetapi saya belum pernah mendengar suara dentuman seperti itu. Saya kita ini aneh, jadi saya meninggalkan dapur dan pergi ke luar ke tempat parkir dan melihat ke langit. Saya melihat pesawat itu, berada di atas restoran, bukan di atas landasan pacu," tuturnya.
Posisi pesawat saat itu agak miring ke kanan seperti akan mendarat, hanya saja arahnya ke restoran, bukan landasan pacu.
Lee curiga karena saat itu ketinggiang pesawat tak cukup untuk mendarat seperti pesawat lainnya. Dia belum pernah melihat pesawat terbang begitu rendah persis di atas restorannya.
“Rasanya sangat rendah. Saya kira ini aneh lalu pergi ke bagian belakang restoran dan melihat bagian belakang pesawat," katanya.
Pesawat lalu naik kembali, memutar balik ke arah kanan. Namun radius putarnya sangat kecil, tidak seperti dilakukan pesawat yang sering dia lihat di atas bandara itu.
"Saya merasa ada yang salah dengan pesawat ini dan berpikir untuk merekamnya. Itulah sebabnya saya berjalan ke atap. Di atap, saya merekam video pertama,” ucapnya.
Benar saja, dia melihat roda pesawat tidak keluar hingga pesawat yang membawa 181 orang itu menabrak dinding beton dan meledak dahsyat.
“Satu atau dua detik setelah kecelakaan, saya merasakan panas yang tiba-tiba di wajah, seperti saat Anda membuka pintu sauna," katanya, seraya berpikir apakah saat itu dia harus pergi demi keselamatannya.
Ledakan tak hanya terjadi sekali, ada dua atau tiga ledakan setelahnya meski lebih kecil. Ledakan pertama sangat besar menyebabkan puing-puingnya menyembur ke area sekeliling.
Setelah itu dia mencoba mencari angle lain untuk mendapatkan gambar lebih dekat. Untuk itu dia pindah ke atap bangunan lain di dekatnya.
“Ketika saya merekam lagi, asap dan api terus berlanjut. Truk pemadam kebakaran tidak bisa mendekati lokasi kejadian. Mereka menyemrotkan air dari jarak sekitar 30 hingga 40 meter,” ujarnya.
Kejadian itu benar-benar menjadi mimpi buruk baginya. Pada malam hari Lee tidak bisa tidur.
Setiap kali memejamkan mata, dia terus terngiang ledakan dari kecelakaan itu, sehingga terpaksa menenggak miras.
Namun bukan hanya tidur, setiap kali membaca atau menonton berita kecelakaan pesawat Jeju Air, dia selalu meneteskan air mata.