Bantah Laporan Media AS, Hamas Tegaskan Pasukan Israel Harus Ditarik dari Gaza

KAIRO, iNews.id - Kelompok perlawanan Hamas menegaskan kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza harus disertai penarikan seluruh pasukan Israel tanpa kecuali. Setelah itu kesepakatan bisa membahas pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina.

"Kami terbuka untuk setiap inisiatif yang tulus dan serius bertujuan untuk mengakhiri agresi terhadap rakyat kami serta berkomitmen untuk memulangkan para mengungsi serta penarikan penjajah (Israel)," bunyi pernyataan Hamas, sekaligus menandai 37 tahun berdirinya kelompok tersebut, seperti dikutip dari Sputnik, Sabtu (14/12/2024).

Hamas juga mendesak semua pihak untuk membantu pemulihan Jalur Gaza yang hancur lebur akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.

Pernyataan Hamas ini seolah membantah laporan surat kabar Amerika Serikat (AS) The Wall Street Journal (WSJ) bahwa Hamas melunak dengan mengizinkan pasukan Israel tetap berada di Gaza selama gencatan senjata berlangsung.

Itu merupakan pernyataan paling lunak pertama kali dari Hamas sejak pecahnya perang. 

Sementara itu pemimpin Hamas di Lebanon, Bassam Khalaf, mengatakan ada keinginan dari berbagai pihak untuk segera mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera sebelum pelantikan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Delegasi Hamas bertemu dengan kepala intelijen Mesir Hassan Mahmoud Rashad pada Senin lalu untuk membicarakan upaya gencatan senjata dan pembentukan komite dukungan publik di Gaza.

Pihak berwenang Mesir, selaku mediator kesepakatan gencatan senjata, menyatakan delegasi Israel telah tiba ke Kairo untuk membahas gencatan senjata serta akses bantuan kemanusiaan. Meski demikian belum ada kesepakatan apa pun yang dicapai.