Kronologi 2 Petugas Basarnas Medan Gugur, Perahu Terbalik saat Cari Korban Hanyut

Kronologi 2 Petugas Basarnas Medan Gugur, Perahu Terbalik saat Cari Korban Hanyut

Terkini | inews | Kamis, 24 Oktober 2024 - 15:40
share

MEDAN, iNews.id - Petugas Basarnas Medan Tengku Rahmatsyah Putra (36) dan Dodi Prananta (38) gugur dalam tugas. Keduanya terseret arus saat perahu terbalik ketika mencari korban hanyut di Sungai Solok, Kabupaten Karo. 

Setelah pencarian selama 8 hari, kedua korban ditemukan dalam kondisi tewas di sekitar pintu air bendungan PT Wampu Electric Power (WEP) di Desa Rih Tengah, Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo, Rabu (23/10/2024) sore.

"Kami menyampaikan rasa duka mendalam atas gugurnya dua anggota kami. Mereka adalah pahlawan. Mereka gugur secara sahid saat menjalankan tugas mulia. Semoga amal ibadah mereka diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan," kata Kepala Kantor SAR Medan Mustari, Kamis (24/10/2024). 

Kronologi kejadian bermula saat Kantor SAR Medan menerima laporan kondisi membahayakan manusia yaitu orang hanyut di Sungai Solok dari BPBD Kabupaten Karo pada Selasa (15/10/2024) pukul 15.10 WIB. 

Korban hanyut atas nama Jeplenta Sebayang (36) warga Desa Limang, Kecamatan Tiga Binanga, Kabupaten Karo.

Kantor SAR Medan lalu bergerak dengan enam personel diberangkatkan ke lokasi titik hilang. Mereka yakni Tengku Rahmatsyah Putra (korban), Dodi Prananta (korban), Robi Daniel, Rocky Manik dan Hermanto serta Jery Novanda (33) potensi SAR dari Saka SAR. 

Sampai di lokasi, hari sudah malam. Tim SAR memutuskan untuk istirahat dan menyusun rencana operasi untuk keesokan harinya. 

Selanjutnya pada Rabu (16/10/2024), tim dari Kantor SAR Medan bersama beberapa potensi SAR membagi dua SAR Unit (SRU). SRU 1 dengan 6 personel yaitu 3 rescuer dari Kantor SAR Medan atas nama Tengku Rahmat Syahputra, Dodi Prananta dan Robi Daniel (29). Kemudian tiga personel dari Potensi SAR yaitu Rico Barus, Oscar Sebanyang dan Jeri Novanda. 

Mereka menggunakan rafting untuk menyusuri area. Sementara SRU 2 melakukan scouting atau penyisiran jalur darat dari lokasi kejadian menuju hilir yang berjarak sekitar 4 kilometer. 

Setelah briefing, SRU 1 mulai bergerak menyusuri sungai mulai dari lokasi terakhir korban. Saat itu, cuaca cerah namun arus sungai cukup deras. Sekitar 4 kilometer, kondisi sungai yang lebar mulai menyempit sehingga aliran sungai semakin deras. 

Ketika proses pencarian memasuki ceruk sungai yang menyempit dengan arus sangat deras, terdapat sebuah kayu besar melintang di jeram. Perahu rafting menabrak kayu tersebut hingga tak terkendali dan akhirnya terbalik. Akibatnya, keenam penumpang rafting terlempar dan hanyut terbawa arus sungai. 

Tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali bertahan hidup di arus sungai yang ekstrem itu. Mereka survival, menerapkan teknik dasar bertahan hidup di permukaan air. Mereka mengapung, mengikuti arus, sembari menghindari tubrukan dengan benda-benda sungai seperti batu, tebing di kanan dan kiri sungai serta sampah hutan berupa kayu-kayuan. 

Radio komunikasi yang mereka bawa juga terlempar dan hilang sehingga tidak bisa meminta pertolongan teman-temannya di posko.

Sekitar pukul 17.00 WIB, salah satu rescuer yang hanyut Robbi Daniel berhasil menyelamatkan diri dan mendapat pertolongan dari warga sekitar Sungai Solok, tepatnya di Desa Ujung Deleng, Kecamatan Kutabuluh, Kabupaten Karo. 

Robbi selanjutnya dievakuasi ke Desa Limang, Kecamatan Tigabinanga. Tidak jauh dari lokasi Robbi, 2 personel dari Potensi SAR, masing-masing Rico Barus dan Oscar Sebayang juga berhasil menyelamatkan diri dan mendapat pertolongan dari masyarakat setempat.

Informasi tersebut menyebar dan mengejutkan seluruh tim SAR yang terlibat dalam operasi pencarian. Bantuan personel, peralatan, baik dari internal Kantor SAR Medan maupun dari potensi SAR berdatangan. Ratusan personel dikerahkan untuk mencari ketiga korban. 

Pencarian dilakukan dengan penyisiran sungai menggunakan perahu, penyisiran darat dan mengerahkan drone termal. Tidak hanya itu, tim SAR juga mencermati Bendungan PT WEP yang berda di hilir atau sekitar 13 kilometer dari lokasi perahu terbalik. 

Sehari kemudian, Kamis, 17 Oktober 2024 pukul 09.00 WIB, tim SAR berhasil menemukan Jeri Novanda. Penemuan Jeri berawal dari teriakan minta tolong korban di dasar jurang sedalam 70 meter dan berjarak 20 kilometer dari lokasi perahu terbalik.

Teriakan tersebut didengar oleh warga setempat kemudian dilaporkan ke tim SAR yang bergegas ke lokasi dengan menerbangkan drone termal untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. 

Benar saja, tim SAR berhasil menemukan Jeri dalam keadaan lemah di atas perahu rafting SRU 1 yang sebelumnya terbalik di pinggir sungai dengan kondisi mulai surut tersebut. Tim SAR kemudian mengevakuasi Jeri dari pinggir sungai ke atas dengan teknik vertical rescue atau hoisting. Jeri selanjutnya dievakuasi ke posko SAR.  

Sementara itu, tim SAR lainnya terus melakukan pencarian tiga korban, yaitu Jeplenta Sebayang dan dua rescuer Tengku Rahmat Syahputra dan Dodi Prananta. 

Hingga Jumat malam, 18 Oktober 2034, poperasi SAR belum membuahkan hasil. Baru pada Sabtu, 19 Oktober 2024 sore sekitar pukul 17.30 WIB, tim SAR berhasil menemukan korban Jeplenta Sebayang dalam keadaan meninggal dunia. 

Operasi pencarian terus dilakukan dengan fojus mencari Tengku Rahmatsyah Putra dan Dodi Prananta. Personel tim SAR dan peralatan yang digunakan juga bertambah. Kantor Pusat Basarnas bahkan mengerahkan satu tim Basarnas Special Group (BSG) dengan spesifikasi penyelamatan air. 

Pencarian pun akhirnya dihentikan setelah kedua petugas penyelamat itu ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa di sekitar pintu air PT WEP. 

"Yang pasti, pengabdian dan pengorbanan mereka akan selalu dikenang sebagai teladan keberanian dan ketulusan dalam melayani masyarakat. Terima kasih atas dedikasi dan pengabdian tanpa batas yang telah diberikan. Selamat jalan, pahlawan kemanusiaan," ujar Kepala SAR Medan Mustari, Kamis (24/10/2024).

Topik Menarik