Sosok Jenderal Soedirman, Pencetus Perang Gerilya yang Dijuluki Bapak Tentara Nasional Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) selalu diperingati pada 5 Oktober. Awalnya TNI berdiri dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Dalam perkembangan organisasi, BKR berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Tugas mereka memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Lalu TKR diganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI). Selanjutnya Presiden Soekarno mengesahkan berdirinya TNI pada 3 Juni 1947. Lalu siapa Bapak TNI?
Jenderal Soedirman dikenal sebagai Bapak Tentara Nasional Indonesia. Dia merupakan Panglima TNI pertama dan dianugerahi gelar pahlawan nasional pada 1964.
Dia juga pencetus taktik perang gerilya untuk melawan pasukan Belanda. Perang gerilya adalah taktik yang dilakukan pasukan kecil dengan cara sabotase, serangan mendadak dan berpindah tempat dengan cepat dan senyap.
Soedirman salah satu sosok yang berjasa untuk bangsa Indonesia. Sebelum bergabung dengan militer, Soedirman berprofesi sebagai guru.
Polsek Dumai Timur Adakan Kegiatan Silaturahmi Kamtibmas di Aula Kantor Camat Bersama FKUB
Tekad dan pendiriannya dalam melawan Belanda layak menjadi menjadi panutan semua pemuda. Jenderal Soedirman lahir di Rembang, 7 Februari 1912.
Dikutip dari buku 100 Tokoh yang Mengubah Indonesia, Kamis (3/10/2024), Soedirman menempuh pendidikan HIK (sekolah guru), Muhammadiyah Solo pada tahun 1934. Dia sempat menjadi tenaga pengajar sekolah menengah Muhammadiyah Cilacap.
Semasa menjadi guru, dia aktif di organisasi Kepanduan Islam Hizbul Wathan. Dia juga menjadi wakil ketua Pemuda Muhammadiyah Karesidenan Banyumas.
Karier militernya dimulai saat Jepang berkuasa, Soedirman mengikuti pendidikan calon daidancho PETA di Bogor. Setelah luIus, dia menjadi komandan di Kroya.
"Belajar menahan penderitaan berguna bagi hidup di kemudian hari. Suatu kelak, baleh jadi kita akan mengalami yang lebih hebat dari ini," merupakan filosofi yang dipegang Soedirman.
Dengan bekal keteguhannya. Dia pernah menjadi salah satu dari 69 kepala batalion yang ada di Jawa, Bali, dan Madura. Figurnya kharismatik, serta menampakkan kedewasaan yang jauh melampaui usianya.
Diberkahi dengan bakat kepemimpinan, Soedirman bersama pasukan yang dipimpinnya berhasil mengusir tentara Sekutu. Pertempuran itu dikenang sebagai Palagan Ambarawa pada November-Desember 1949.