Harga Minyak Mentah Mendidih Imbas Kekhawatiran Konflik Timur Tengah

Harga Minyak Mentah Mendidih Imbas Kekhawatiran Konflik Timur Tengah

Ekonomi | inews | Senin, 30 September 2024 - 15:30
share

SINGAPURA, iNews.id - Harga minyak mentah mendidih pada sesi kedua berturut-turut pada hari ini, Senin (30/9/2024). Kenaikan ini seiring meningkatnya kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan di Timur Tengah setelah Israel meningkatkan serangan terhadap kelompok militan Palestina Hamas serta kelompok Hizbullah dan Houthi.

Mengutip Reuters, minyak mentah Brent berjangka untuk pengiriman November naik 1,12 dolar AS atau naik 1,56 persen menjadi 73,10 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 93 sen atau 1,36 persen menjadi 69,11 dolar AS per barel.

Kenaikan harga didorong kemungkinan bahwa konflik Timur Tengah yang meluas dapat secara langsung melibatkan Iran, produsen utama dan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), setelah Israel meningkatkan serangan terhadap kelompok militan Hizbullah dan Houthi yang didukung Iran.

Sementara itu, pasokan yang berlebihan menjadi perhatian utama bagi pasar minyak, investor secara luas khawatir konflik di seluruh kawasan di Timur Tengah dapat memengaruhi pasokan dari daerah-daerah produksi utama.

Hamas menyebut serangan Israel menewaskan pemimpinnya di Lebanon pada hari Senin, sementara kelompok militan Palestina lainnya mengatakan tiga pemimpinnya tewas dalam serangan di Beirut.

Adapun Israel pada hari Minggu melancarkan serangan udara terhadap milisi Houthi di Yaman dan puluhan target Hizbullah di seluruh Lebanon setelah sebelumnya membunuh pemimpin Hizbullah.

"Dalam konteks serangan Israel yang menentukan terhadap Hizbullah, harga minyak akan terus didorong oleh dinamika penawaran dan permintaan," ucap Analis Pasar di IG, Tony Sycamore.

Mengingat berakhirnya pemotongan pasokan sukarela OPEC+ pada 1 Desember, WTI mungkin menguji level terendahnya tahun 2021 di kisaran 61 hingga 62 dolar AS per barel. 

"Selain itu, meskipun China baru-baru ini bersikap dovish, tidak jelas apakah ini akan menghasilkan permintaan bahan bakar yang lebih tinggi, mengingat kemajuan China dalam elektrifikasi dan dekarbonisasi sektor transportasinya," tuturnya.

Data pada hari Senin tidak menggembirakan permintaan, di mana aktivitas manufaktur China menyusut selama lima bulan berturut-turut dan sektor jasa melambat tajam pada bulan September.

Selain itu, pasar akan menunggu untuk mendengar pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell untuk petunjuk tentang laju pelonggaran moneter bank sentral. Tujuh pembuat kebijakan Fed lainnya juga akan berbicara minggu ini. 

Dengan Fed dan bank sentral utama lainnya yang mulai melonggarkan kebijakan, pemulihan ekonomi mungkin akan segera terjadi.

Topik Menarik