Uni Eropa Belum Satu Suara soal Tarif Impor Mobil Listrik China

Uni Eropa Belum Satu Suara soal Tarif Impor Mobil Listrik China

Ekonomi | inews | Rabu, 3 Juli 2024 - 14:56
share

BRUSSELS, iNews.id - Negara-negara Uni Eropa masih ragu dan belum satu suara untuk mendukung tarif tambahan impor mobil listrik buatan China. Hal ini menyoroti tantangan Brussel dalam membangun dukungan untuk kasus perdagangan terbesarnya ketika Beijing mengancam akan melakukan pembalasan yang lebih luas.

Mengutip Reuters, Jerman, yang produsen mobilnya menghasilkan sepertiga penjualan mereka tahun lalu di China, ingin menghentikan penerapan tarif impor tersebut, menurut sumber pemerintah. Sementara, Prancis merupakan salah satu pendukung paling kuat terhadap kebijakan tersebut.

Namun, sebagian besar negara masih mempertimbangkan pro dan kontra dari meningkatnya perselisihan perdagangan antara blok tersebut dengan China, menurut jajak pendapat informal yang dilakukan Reuters terhadap pemerintah Uni Eropa.

Adapun, persoalan tersebut akan diajukan kepada anggota Uni Eropa melalui pemungutan suara dalam beberapa minggu mendatang. Ini merupakan uji dukungan resmi pertama dalam kasus penting bagi Komisi Eropa. 

Blok tersebut akan mengkonfirmasi pada hari Kamis tarif impor sementara hingga 37,6 persen terhadap merek mobil listrik China seperti BYD, Geely dan SAIC, serta pada model Tesla, BMW, dan produsen mobil barat lainnya buatan China.

Selain itu, anggota Uni Eropa juga akan melakukan pemungutan suara pada bulan Oktober jika Komisi Eropa mengusulkan tarif multi-tahun pada akhir penyelidikannya. Pemungutan suara akan diblokir jika terdapat mayoritas yang memenuhi syarat atau setidaknya 15 negara yang mewakili 65 persen populasi Uni Eropa memberikan suara menentang kebijakan tersebut.

Adapun, Pemerintah Prancis, Italia dan Spanyol, dengan total 40 persen populasi Uni Eropa, telah mengindikasikan bahwa mereka akan mendukung tarif.

“Eropa harus membela diri jika perusahaan kami dirugikan dan tidak bersaing secara setara,” ujar Kementerian Perekonomian Spanyol.

Namun, Republik Ceko, Yunani, Irlandia dan Polandia masih memperdebatkan masalah tarif impor mobil listrik dari China, menurut sumber resmi dan pemerintah. 

Pemerintah Jerman menekankan perlunya solusi negosiasi dengan China terkait kebijakan tersebut. Produsen mobil di negara tersebut mengatakan bahwa penerapan tarif impor adalah pendekatan yang salah, karena dampak negatifnya lebih besar daripada manfaatnya.

Meningkatnya biaya kendaraan listrik bagi konsumen melemahkan tujuan Uni Eropa untuk menjadi netral karbon pada tahun 2050. 

Sementara, pembalasan China terhadap kebijakan yang dilakukan Uni Eropa di antaranya dengan mengenakan tarif tambahan terhadap ekspor cognac, daging babi, atau mobil mewah ke Uni Eropa.

Topik Menarik